Sunday 25 July 2021

Kalau Nggak Ada Buku di Dunia ini

Apakah kalian tau Johannes Guttenberg? Yes, penemu mesin cetak modern pertama di dunia, yang ditemukan sekitar tahun 1445. Berkat penemuannya, buku yang tadinya bersifat ekslusif untuk golongan tertentu (gereja dan kerajaan saja), jadi bisa diproduksi lebih masif dan dinikmati lebih banyak orang. 

Kalo penemuan itu nggak terjadi, kayak apa ya dunia ini? 

 

Ngomong-ngomong, taukah kapan buku pertama kali masuk Indonesia? Sekitar tahun 1659, dibawa oleh seorang misionaris Belanda. Wow, beda 200 tahun gaes. Jadi tentu tidak apple to apple ya membandingkan budaya membaca, bahkan literasi bangsa kita dengan bangsa Eropa handai taulannya Pak Guttenberg :) (Oh iya, informasi ini ku dapat dari buku Dongeng Panjang Literasi Indonesia yang ditulis oleh ibu Yona Primadesi).

 

Eits tapi jangan sedih, coba lihat fakta berikut:


Sungguh membanggakan, bukan? :)

 

Melihat meme itu, diriku jadi kepo, emang Candi Borobudur itu dibangun tahun berapa sih? Lalu ini jawaban yang kutemui di Wikipedia:



Wadidaw. Tidak ada bukti tertulis membuat yang harusnya fakta, jadi sebuah kira-kira. Kebayang kalau kala itu untuk 'menulis' pesan atau pengetahuan harus memahat batu dulu... Alamak, diriku yang nggak sabaran ini mungkin akan memilih mengubah tujuan pahat menjadi cobek di tengah jalan ðŸ™ƒ

 

Kalau nggak ada buku… 


Mungkin cerita dan pengetahuan akan tetap disebarkan melalui lisan. Ya bisa juga sih, tau kisah Smong? Dongeng yang berhasil menyelamatkan ribuan jiwa penduduk Pulau Simeuleu pada bencana tsunami Aceh tahun 2004. Dongeng yang secara lisan diwariskan turun temurun dari beberapa generasi, terbukti masih ampuh diambil pesannya (tentang ini bisa dibaca disini).

 

Sayangnya dongeng itu nggak nyampe Bekasi nih. Fusi kecil nggak tau tuh cerita Smong. Tapi sekarang, berkat buku Smong si Raksasa Laut yang diterbitkan Bhuana Ilmu Populer, Alkisah yang baru berusia tiga tahun, anak Jakarta asli, sudah kenal kata tsunami dari buku itu. Nggak perlu ke Pulau Simeuleu dulu.

 

Kalau nggak ada buku... 


Mungkin kita akan mengandalkan indera lain dalam belajar, telinga mungkin? Setelah melihat manfaat mendengarkan podcast dongeng bagi Alkisah, seharusnya aku merasa itu feasible aja. Tapi pertanyaannya adalah, bagaimana skimming-nya??? Ketika sedang butuh suatu informasi buru-buru, atau sekadar ingin mengulang singkat sebuah bagian menarik dari tengah cerita, mencarinya gimana? Apa rekaman audionya harus di fast forward hingga jadi merepet-repet gitu suaranya? Uhuhu. Berasa dengar wawancara penjual bakso boraks. 

 

Kalau nggak ada buku... 


Komik juga nggak ada dong? Ah! Apa seru menikmati One Piece tanpa lihat gambarnya? Akan sepanjang apa audio yang dibutuhkan untuk menjabarkan semua hal keren dan detail yang tergambarkan? Oda Sensei nggak bisa menyelipkan Pandaman lagi dong? 


Membayangkan scene ini dalam bentuk audio... Pusing sendiri huhu.


Kalau nggak ada buku... 


Akankah tetap ada huruf dan angka? Mungkin saja ada, paling tidak di kalkulator lah buat dagangan. 

 

Kalau nggak ada buku... 


Apa yang akan ku lakukan di waktu luang? Mungkin saja ya aku jadi melakukan hobi lain yang sebelumnya nggak terpikirkan kayak parkour atau joget tiktok.

 

Kalau nggak ada buku... 


Cilikba nggak ada dong? Apa yang akan menjadi jalan ninjaku kala bosan aku dengan penat dan enyah saja kau pekat? Apa yang akan ku lakukan bersama Alkisah di waktu luang? 

 

Kalau nggak ada buku... Ya mungkin saja. Banyak kemungkinan. Tapi kayaknya kurang seru ya…

 

Sudahlah. Saat ini mari bersyukur dengan eksistensi buku dalam kehidupan ini. Semoga hidup tanpa buku ini hanya singgah berbatas 'kalau' dalam pikiranku. 

 

Selamat membaca buku!

Wednesday 17 April 2019

Saat Working Mom Dinas Luar Kota: Manajemen Pumping dan Menyimpan ASIP

Salah satu hal yang paling saya hindari (dan takuti) setelah Ale lahir adalah dinas luar kota. Tapi sudahlah tak perlu membahas tentang kebaperan meninggalkan anak dinas, apalagi men-judge saya (atau kami, para working moms). Gimanapun kondisinya, Ibu harus tetap happy demi kelancaran ASI dan pekerjaan. Jadi, saya ingin cerita tentang pengalaman saya beberapa kali dinas luar kota, siapatau bermanfaat, karena bagi saya sendiri aja dari tiap perjalanan dinas ada aja pelajaran yang bikin mikir, “Oke dinas selanjutnya berarti nggak boleh gini, harusnya gitu”, endebrai endebrai.

Saya coba ceritakan dalam beberapa poin tentang apa yang perlu dipikirkan yaa.

1. Teori penyimpanan ASI


Ini harus dikhatamin dulu, yakinkan hati cocok sama teori yang mana, lalu diingat-ingat. Contohnya, saya berpegang sama kesimpulan riset jurnal ilmiahnya @asiku.banyak (bisa dicek di hestek #AsikuBanyakPumping7 di instagram) dan tabel penyimpanan ASIP rekomendasi AIMI seperti pada foto dibawah.


Nah ini akan jadi modal untuk persiapan tahap berikutnya di perencanaan perjalanan dan apa aja yang harus disiapkan. Misal, saya akan melakukan perjalanan 5 hari ke Sulawesi Barat, berarti ASIP 2 hari pertama masih aman untuk disimpan dalam chiller sampai hari ketiga, sebaiknya segera dibekukan sebelum hari kelima. Bisa aja dibekukan dari hari pertama, asal nggak pindah hotel atau bahkan pindah kota dalam 5 hari itu. Kalo di hari kedua atau ketiga ternyata pindah kota dan ASIP beku harus dibawa dalam perjalanan panjang, sayang kan kalo cair dan berarti usia layak konsumsinya jadi <24 jam padahal pulangnya masih beberapa hari lagi huhuhu. Nah, yang gini-gini yang butuh teori durasi penyimpanan yang ngelotok banget.

2. Cek durasi, itinerary, dan medan lokasi

- Dari durasi perjalanan, bisa dikira-kira berapa volume ASIP yang akan dibawa pulang, jadi bisa disiapkan tempat yang sesuai. Biasanya saya pake cooler box Marina 12 S untuk perjalanan 5 hari. Kenapa cooler box instead of cooler bag? Preferensi personal aja biar mengurangi insecurity wehehe, beberapa teman bawa pake cooler bag biasa (yang buat sehar-hari dipake kerja) juga cukup dan aman kok. Eh dan karena space nya luas, jadi bisa masukin minuman dingin mayaaan hahahaha. Jangan lupa sesuaikan jumlah ice gel.


Perbandingannya sama tangan saya yaa, kalo nggak salah volume bersih 10 L. Beli di shopee nggak nyampe 200ribu.

- Berapa hari akan stay di 1 hotel/kota? Kalo perlu berpindah lokasi akan makan waktu berapa jam perjalanan? Ini sangat penting biar ada bayangan rencana manajemen penyimpanan ASIP seperti contoh pada poin 1, kayak kapan paling lambat ASIP harus dibekukan, sampai skenario terburuk situasi kayak apa yang mungkin terjadi hingga harus membuang ASIP, heu.

- Browsing dan cari tau tentang lokasi tujuan. Ada listrik 24 jam nggak?  Ada indomaret nggak (untuk jajan-jajan lucu buat ASI booster)? Ada yang bisa nyediain es batu nggak kalo kulkas hotel gagal membekukan ice gel? Medan perjalanan kesana gimana, berkelak-kelok sepanjang jalan? Jalannya sudah teraspal dengan baik nggak(saya pernah harus pumping di jalan yang berbatu heu)? Endebrai endebrai.

- Cek silsilah keluarga dan rekan seperjalanan. Ada keluarga di sekitar lokasi dinas nggak? Ini pengalaman teman saya sih, ketika ASIP nggak beku-beku di freezer hotel, dan pernah juga harus pindah-pindah lokasi, akhirnya ASIP dititipkan di kulkas keluarga/ teman/ keluarganya teman/ handai taulan lah pokoknya, di kota yang menjadi tempat kedatangan dan kepulangan nanti. Untuk situasi kayak gini harus dipikirkan dan disiapkan juga untuk mobilisasi ASIP saat penitipan, yang berarti butuh ekstra cooler bag dan ice gel.

3. Fasilitas hotel

Menurut saya, kondisi paling ideal adalah kamar hotel dengan kulkas ber-freezer dan teko listrik di kamar. Kalo nggak kayak gitu gimana dong?

- Mostly kulkas di kamar hotel yang saya temui, freezer-nya kecil, palingan cukup untuk membekukan 2 ice gel ukuran 500 gram (Kalo ASIP ditumpuk di atas ice gel-nya belum tentu beku, walaupun ada space-nya). Pastikan bisa nitip ASIP atau ice gel di dapur hotel, tapi sejauh ini belum pernah ditolak sih nitipnya.

- Setiap nitip di freezer dapur hotel, jangan lupa minta tag atau tanda terima lainnya. Walaupun katanya nggak papa tanpa itu, saya pernah aja jadi lamaaa nunggu buntelan ASIP dan ice gel saya dicari karena nggak ada pengenalnya, terus ditanya berulang bentukan barang yang dititip heu.

- Walaupun deep freezer, ASIP dan ice gel belum tentu beku sempurna walau disimpan semalaman (10 jam). Jadi kalo emang hanya semalam di satu hotel dan selanjutnya pindah, saya prefer nggak membekukan ASIP sekalian. Kalo ice gel nggak beku? Jangan sedih, cari es batu di warung terdekat! Di Ruteng NTT alhamdulillah diantar driver ke pasar ikan untuk beli es batu segede lengan orang dewasa seharga 2.000 perak, yang biasa orang pakai untuk nyimpen sea food. Jadi ASIP aman dibawa perjalanan 8 jam sampai Kupang tanpa ice gel beku, yeay!

- Ketika menginap di hotel tanpa kulkas dan teko listrik dalam kamar, pumping malam jadi challenging sekali, gimana mensterilkan perintilannya? Di Mamuju saat itu, kondisinya saya baru sampai hotel dari perjalanan sekitar 12 jam, jadi semua ice gel sudah tidak dalam kondisi terbaik. Mau nitip peralatan pumping di chiller hotel terus nanti diambil tiap mo pumping, saya malas. Hahahaha, wong kamar lantai 3, lobby lantai 1, kulkas dapur lantai 5, zzz.  Jadi yang saya lakukan adalah pumping terakhir jam 10 malam, titip ice gel di freezer, titip kantong-kantong ASIP di chiller dapur hotel, lalu jam setengah 6 an pagi minta air panas ke room service. Jangan lupa "yang mendidih ya mas soalnya buat botol susu bayi". Abis itu jam 10 an pumping lagi pesen lagi air panas ber-charge 10.000 itu. Harusnya saat itu ice gel sebelumnya dah beku yaa, jadi bisa aja taro cooler bag yang dingin dan nggak perlu bilas air panas, tapi saya nggak ambil ice gelnya karena nanggung siangnya akan pindah kota lagi.

- Di hotel atau home stay kecil yang petugasnya terbatas, saya nggak bisa mengharapkan bantuan room service 24 jam. Ketika check in di Ruteng, petugas hotel bilang dengan senang hati akan menerima titipan di kulkas. Nggak lama setelah masuk kamar, pintu saya diketok dan ditanya mana yang mau dititip? Padahal kondisinya belum pumping. Dan itu terjadi di 2 hotel, keduanya ngetok di jam 10 malam. Pesan moral yang saya tangkap, lihat kondisi tempat menginap, ada petugas stand by (literally 24 jam) apa nggak, dan jangan lupa menghargai waktu istirahat petugas hotel.

- Pastikan instruksi kita jelas dimengerti petugas hotel yang dititipi, karena bukan kita sendiri yang naro dan ambil segalanya di dan dari kulkasnya. Suatu ketika saat akan check out, ternyata ASIP dan ice gel saya sudah menunggu di meja resepsionis. Nggak tau berapa lama, tapi cukup membuat kantong ASIP nggak terlalu dingin lagi, heu. Mungkin maksudnya baik ya biar nggak ketinggalan, tapi masnya kan emang nggak ngerti teori suhu ruang untuk ASIP, huhu. Pernah juga ice gel nggak beku semaleman, jelas banget masnya salah nangkep walaupun sudah sejelas "yang ini harus beku, di freezer ya mas".

- Kalo tinggal di satu hotel untuk beberapa saat, coba cek berkala, paling nggak 1 kali, udah beku belum ya titipannya? Sekalian ngecek kondisi sudah sesuai instruksi apa nggak, dan bisa aja karena positioning-nya di freezer ditumpuk-tumpuk jadi nggak bisa beku sempurna.

- Satu solusi lainnya (yang belum saya coba) adalah bawa termos atau teko listrik sendiri. Solved sudah.

4. Siapkan check list peralatan pendukung

Berikut adalah beberapa alat tempur yang menurut saya useful sekali untuk situasi mobile saat perjalanan dinas.

ice gel, untuk cooler box Marina 12 S saya bawa (minimal) 4 ice gel ukuran 500 gram. Bisa untuk gantian dipakai dan disimpan per 2 ice gel, untuk pumping sesi malam in case nginep di hotel tanpa kulkas dalam kamar.

- power bank atau tuas manual, untuk bekal pumping di jalan. Kalo yang biasa marmet, wah... saya nggak pernah dan nggak kebayang sih kalo di jalanan berkelok-kelok kayak kelok 9 di Sumatera Barat itu akan kayak apa marmetnya. Waktu di Patuha, jalanannya kurang bagus masih berbatu gitu, tapi sudah hampir 12 jam nggak pumping jadi harus banget pumping, terus saya pake tuas manual eh pusing heu. Pake elektrik dengan bantuan power bank di kondisi gitu mewah banget rasanya.

- nursing apron yang full menutupi melingkar kayak cape gitu, bukan yang bagian depan aja. Dengan kondisi perjalanan yang bikin pusing dan belum tentu teman seperjalanan kita perempuan semua, mengurangi insecurities dengan nursing cape itu worthy sekaliii.

- kresek agak besar untuk nitip ASIP atau ice gel di freezer dapur hotel. Kalo bisa yang eye catching warnanya jadi gampang minta cariin ke petugasnya. Pernah loh saya nunggu ampe setengah jam untuk dicarikan titipannya sama petugas hotel, padahal sudah pake tag Concierge dari hotel. Kenapa ga pake kantong kain atau spundbound totebag? Karena beberapa bahan punya kecenderungan gampang sobek kalo sudah nempel dengan barang lain dalam kondisi beku, tapi nggak tau sih detailnya gimana, saya pernah ngalamin sekali aja sih, monggo CMIIW yaaa.

- print out regulasi tentang membawa ASI ke kabin dan kesabaran untuk mengerti kalo ternyata nggak semua petugas bandara common dengan something called ASI Perah. Di Labuan Bajo, beberapa petugas beneran keheranan tentang bawa ASI, Air Susu Ibu? Ampe beberapa orang loh saling nanya-nanyaan. Lagian ke Labuan Bajo dinas bukannya liburan, mana ada yang bawa ASIP hahahaha. Ya gitu deh. Dan harus siap untuk cooler box yang dibuka tutup untuk dicek isinya. Sejauh ini cuma Bandara Mamuju yang abis ngecek dikasih stiker “Security Checked” jadi abis itu nggak dibuka-buka lagi. Eh dibuka juga deng di Bandara Makassar waktu transitnya hahaha yanasip. Regulasinya saya baca disini. Saya coba cari link download tapi nggak nemu huhuhu lupa download dimana maafkan.

Oiya, keukeuh lah untuk membawa ASIP ke kabin! Eh kecuali udah di packed sedemikian rupa ya, pernah baca di ig @asiku.banyak tentang bawa ASIP dari Eropa yang emang sudah dipersiapkan untuk masuk bagasi. Tapi karena saya paling hanya melalui perjalanan pulang 3-6 jam, saya nggak pake packing-an khusus. Untuk kondisi ini akan lebih aman kalo masuk kabin biar posisinya stabil nggak terguncang-guncang, karena ingat ada resiko plastik yang sobek atau botol kaca pecah.

5. Manajemen ASIP untuk supporting system di rumah

Jangan sampai pengasuh anak di rumah kelupaan nurunin ASIP sebelum jadwal minumnya! Apalagi sehari-hari, tetep saya yang ngatur persediaan ASIP harian untuk Ale ketika saya kerja (saya pernah cerita tentang ini disini). Dan sebetulnya yang paling saya cemaskan sebelum berangkat dinas adalah... Kalo bobo malem sama Babehnya, Babeh akan bangun untuk minumin ASIP nggak ya? Hahahaha. Saking cemasnya sampai Rendy akhirnya bilang "For real, kamu cemas meninggalkan anakmu sama bapaknya sendiri?", wahahaha abis itu berasa kok saya over thinking amat yaa hahahaha, udah deh cemasnya berkurang. Tapi teteppp, saya buat SOP untuk minum ASIP di malam hari. Ini contoh yang saya buat sebelum pergi ninggalin Ale usia <6 bulan, setelah Ale lebih besar, ini disesuaikan sendiri sama Rendy. Btw ini untuk kondisi kamar beda lantai sama kulkas yaa, makanya Rendy perlu bawa ASIP dalam cooler box ke kamar.

SOP yang dikirim via WA ke Babeh Ale. Lebih enak kalo pake Word dan diprint kali yaa

6. Ke-legowo-an hati Ibu

ASIP tumpah di jalan? Istigfar. ASIP harus kebuang karena petugas hotel yang dititipi miskom dengan instruksi kita? Istigfar. ASIP nggak beku sempurna tapi ternyata saatnya harus pindah lokasi dan hotel dan jadinya nggak layak konsumsi? Istigfar. Nggak sempat pumping selama 12 jam karena kondisinya melapang di hutan dan berkeringat seharian? Istigfar. Ditanyain dengan nada menuduh "Kamu nggak kangen sama anakmu?", istigfaaaaar. You are not alone, sisters! Seperti yang saya ceritakan di poin 2, sebelumnya sebaiknya prepare untuk skenario terburuk ketika ASIP tidak terselamatkan, dengan ini insya Allah paling nggak sudah siap dengan patah hatinya wehehehe. Kalo nyinyiran orang, sudahlah hempaskan, buang-buang energi mikirinnya. Yang penting Ibu pulang dengan sehat dan tetap happy yaaa, nggak perlu terpatok dengan berapa jumlah ASIP yang dibawa pulang (#selfreminder!!!), jangan dibawa stres, karena sekali lagi, Ibu harus tetap happy demi kelancaran ASI dan pekerjaan. Lalui saja hari dengan mindset akan semakin dekat waktunya kembali ketemu anak wehehe.

Yeay that's all! Mungkin nanti kalo saya dinas lagi bisa ada yang saya tambahkan, tapi yaaa semoga saya nggak perlu lama-lama pergi dinas huhuhu. Semenyenangkan apapun pergi dinas dan menyelesaikan pekerjaan, selalu ada heart breaking part-nya meninggalkan Ale. Whatever you do, moms, let's make it to the fullest! And remember, working mom is a full time mom too :)

Thursday 24 January 2019

Strong Parenting for Great Generation; Seminar tentang Bully-ing Pada Anak

Hari Sabtu 8 Desember (I  knooooow so last year hahaha) kemarin, saya berkesempatan menghadiri acara ini:


Pembicaranya Ibu Retno Listyarti (Komisioner KPAI), dan Ibu Kasandra Putranto (psikolog klinis dan forensik). Topiknya agak berat ya heu, dan ternyata sangat insightful. Intinya sih tentang bully dan kekerasan pada anak (fisik maupun psikis). Nah, saya ingin menceritakan beberapa hal dari para pembicara baik fakta based on research, maupun dari pengalaman beliau-beliau yang cukup membuat saya membatin "Masaaaaaa?". 

Pertama-tama, mari kita simak regulasi tentang bully dan atau kekerasan pada anak yang tertuang dalam UU No.35 Tahun 2014. Levelnya Undang-Undang loh!

Kutipan UU No.35 Tahun 2014, yang sering disebut oleh Ibu Retno

Berikut ini adalah beberapa cerita yang saya sempat catat di hp, beserta sedikit pembahasan berdasarkan pemahaman saya dan kesan yang saya dapat setelah mendapat materi di acara tersebut (jadi mungkin subjektif, tapi tentu terpengaruh materi acara) :

*btw"korban" disini maksudnya korban bully dan atau kekerasan, dan "pelaku" disini maksudnya pelaku bully dan atau kekerasan yaa

  • Hukuman berupa suruhan untuk memukul teman. Ceritanya ada anak SD (sebut saja A) yang menurut gurunya harus dihukum (kalo ga salah karena berisik), temannya  (si B) disuruh mukul A, ketika si B menolak, si C disuruh memukul si B, biar B mau memukul A. --- Ketika anak salah, sebaiknya dididik untuk menjadi lebih benar. Hukuman berupa hal yang tidak baik sepertinya justru akan memprovokasi, bukannya membuat keadaan menjadi lebih baik. Pun larangannya tertuang di Pasal 76C UU 35/2014, menyuruh melakukan kekerasan terhadap anak. Kalo kata Tan Malaka "Tujuan pendidikan sejatinya mempertajam pikiran, dan memperhalus perasaan".
  • Hukuman menjilat WC di suatu SD dari guru kepada muridnya. Di jilatan ketiga anak tersebut muntah. --- Ini jelas banget sih ga baiknya yaa huhu cemana deh ah speechless ah
  • Anak sekolah ketauan merokok, kemudian dihukum dengan merokok sambil direkam dan disebar di grup media sosial orangtua --- Dihukum dengan kesalahannya which is bukan hal yang baik, dan disebar which is termasuk cyber bully-ing. Gimana perasaan anak dan orangtuanya? Mungkin maksudnya untuk efek jera, tapi ternyata kayaknya efek lainnya banyak ya... Balik lagi ke Pasal 76B
  • Anak (remaja perempuan) seorang dokter yang hampir menjadi korban perdagangan manusia. Modusnya, pelaku mengaku sebagai mahasiswa dan aktif berkomunikasi lewat media sosial (chat pribadi), pendekatan cukup lama dan tidak mencurigakan. Sering dibantu mengerjakan tugas, dan hal-hal yang bersifat mendukung lainnya. Sampai suatu ketika diajak bertemu dengan syarat tidak boleh ada yang tau. Anak tersebut hilang, dan satu-satunya petunjuk ditemukan setelah mengecek akun medsosnya. Pada akhirnya anak tersebut ditemukan selamat, hampir dikirim ke luar negeri. --- Kenapa anak itu bisa percaya sekali dengan orang yang dikenal dari medsos? Mungkin karena ia butuh perhatian, butuh teman yg bisa dipercaya, yang karena tidak bisa ia dapat di lingkungan terdekat which is orangtua, maka carilah ia perhatian ke tempat lain. Ternyata bisa loh kayak giniii huhuhu
  • Orangtua pelaku yang memiliki mindset "Anak saya memang seperti itu. Biarkan saja namanya juga anak-anak" --- Ini bisa berefek ke pelaku  akan merasa kurang diperhatikan dan malah bisa jadi korban kayak poin sebelumnya, bisa juga malah jadi merasa didukung dan makin menjadi-jadi membully temannya. Sebaiknya orang tua  mengevaluasi dan mencari solusi, kenapa ya anakku bisa jadi pelaku bully? Bisa jadi karena ia mencontoh lingkungan terdekat, apa mungkin orangtuanya sering berantem sampe tanpa sadar sering membully satu sama lain? Atau dari tontonannya? 
  • Orangtua korban atau guru yang memiliki mindset "Biar Tuhan yang membalas", "Ngadu-ngadu itu nggak boleh" ---  ternyata ini berbahaya sekali! Orang dewasa di sekitar korban sebaiknya mendukung untuk melaporkan kejadian, agar tidak berlanjut dan mencegah anak lain menjadi korban juga. Lebih jauh, hal ini bisa berdampak ke psikologis korban, jadi nggak percaya diri, nggak percaya sama orangtua dan atau guru, dan sebagainya. Membiarkan anak dalam situasi perlakuan salah juga termasuk dalam Pasal 76B.
  • Korban yang nggak mau melapor sekolah dan pasrah dengan perlakuan pelaku bully di sekitarnya. --- Merasa nyaman dalam kekerasan itu berbahaya. Anak sebaiknya diajarkan untuk tau kalo dirinya berharga dan nggak pantas untuk di bully. Kalo dibiarkan, selain berdampak ke psikologi anak korban, hal ini dapat memacu pertumbuhan bully kepada anak lainnya, karena bisa saja pelaku merasa bully ini adalah hal yang wajar karena tidak mendapat perlawanan.
  • Yang harus dilakukan jika anak menjadi korban adalah berbicara dengan pihak sekolah dan orangtua pelaku. Itulah pentingnya pembinaan guru, dinas, dan sekolah menjadi lebih ramah anak. Harus diingat kalau anak yang menjadi pelaku bully juga harus ditolong.
  • Anak yang menjadi korban predator anak, sudah didekati selama 4 tahun. Ceritanya si predator adalah guru si anak, yang lama kelamaan orangtuanya jadi percaya sekali sama guru ini, hingga menimbulkan ketergantungan. Anaknya maunya belajar sama guru ini, nilainya jadi bagus, dsb. Sampe akhirnya si anak betul-betul hanya bersama gurunya tanpa pengawasan sama sekali dan jadi korban huhuhu
  • Depresi dan adiksi itu bersaudara dan bisa bersifat saling sebab akibat. Ada loh yang kecanduan main game dan begitu disuruh berhenti jadi mogok makan sampe ngejedot-jedotin kepala ke tembok. --- Kenapa bisa adiksi? Mungkin kayak cerita sebelumnya; kurang perhatian dari lingkungan terdekat, atau depresi karena masalah tertentu.  Karena depresi jadi adiksi, eh karena adiksi jadi depresi. Pusing ga lu huhu
  • Penelitian membuktikan, terdapat kesamaan di struktur otak antara sesama korban, dan sesama pelaku. Nih saya tampilkan foto slide Ibu Kasandra yaa, semoga kebaca:





  • Hal itu juga menjelaskan kenapa sebagian besar kasus bully terjadi pada anak dan remaja (ya ampun pantesan suka galau ya dulu pas remaja wkwk). Dan itu juga mengapa banyak korban yang pasrah, diem aja, bahkan sampai pada taraf nyaman dalam kekerasan. Terus apa gunanya informasi ini? Lanjut ke poin selanjutnya yaa
  • Mana yang lebih dulu, karena selaput myelin yang tipis makanya jadi korban, atau karena jadi korban selaput myelin otak jadi tipis? Ternyata bisa keduanya sodara-sodaraaa, kayak ayam sama telur ya. Terus piye? Sekalian di poin selanjutnya
  • Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, dapat dilakukan dengan meningkatkan social skill. Efeknya hormonal, ke otak, ke kepercayaan diri, dsb (maaf ga inget detail), dan menurut Ibu Kasandra, yang dapat dilakukan to level up social skill adalah (disingkat ABCDEFG):
  1. Attitude and achievement --- mari mulai dengan attitude yang baik di lingkungan terkecil sehingga bisa achieve hal-hal yang baik
  2. Big brain --- apa saja yg dilakukan mempengaruhi kualitas otak, hormonal
  3. Care and love --- dijelaskan tentang peraturan dan hak anak dari dan pada orangtua, tunjukkan tentang perhatian dan rasa sayang
  4. Dance and exercise --- kegiatan fisik membantu produksi endorfin si hormon kebahagiaan, sehingga tidak perlu mencari kebahagiaan pada org lain
  5. Eat healthy food and drinks --- ini akan mempengaruhi mood. Selain itu, nutrisi yang baik akan merangsang produksi neuron baru, memperbaiki otak bagian pembelajaran dan ingatan, termasuk mempengaruhi selaput myelin yang sebelumnya dibahas
  6. Fun edutainment --- mengajak anak berpikir kreatif, sehingga terbiasa dengan pemecahan masalah, melatih asertivitas dan ketekunan, serta meringankan kecenderungan depresi dan kecemasan
  7. Good quality of sleep --- untuk anak, tidur  yang cukup termasuk tidur siang bagus untuk perkembangan otak

Serem ga sih? Huhuhu maafkan ceritaku yang mungkin kurang berurut. Udah lama sekali ini ngendon di draft, kubingung mau dirapiin gimana........ Dan sayang sekali saya ga banyak foto informatif tentang isi slidenya, kata panitia akan dikirimkan ke email peserta tapi belum juga sampe sekarang heu, keburuuu ga tahan ku ingin sekali share ini,  karena kayak kata Ibu Kasandra, "Anak-anak kita, they could be in a wrong time with wrong person in wrong place." Jadi bukan cuma kita dan orang-orang terdekat anak kita yang sebaiknya aware akan hal ini, karena anak-anak kita akan ketemu banyak orang di dunia ini. Soooo let's spread the awareness! Semoga nggak cuma anak-anaknya, tapi juga orangtuanya bisa kuat menghadapi segala tantangan kehidupan saat ini dan masa depan, aamiin!

Saturday 22 December 2018

Clodi for Dummies

Kenapa judulnya for dummies? Karena saya juga termasuk dummies yang pas nyari info tentang clodi cukup kewalahan dengan segala istilah dalam dunia per-clodi-an. Jadiii, post ini didedikasikan untuk membantu buibuk lain seperti saya yang kelimpungan di awal riset tentang clodi, semoga ga bikin bingung!

Apa sih clodi?


Clodi adalah singkatan dari Cloth Diapers alias washable diapers alias popok kain buat bayi. Antonimnya adalah pospak alias popok sekali pakai yang sering disebut pampers (bukan mau sebut merk, tapi emang gitu kan yaa ahaha).

Kenapa pake clodi?


+ Mengurangi risiko iritasi, kan kain jadi less chemical dan lebih ramah ke kulit bayi
+ Less waste! Fun fact: pospak bayi adalah salah satu limbah yang paling sulit terurai, bisa eksis hingga 450 tahun, heu
+ Hemat! Clodi biasanya berukuran cukup universal, contohnya 1 clodi bisa punya ukuran 4-16 kg. Bisa sekalian investasi jangka panjang, dibanding pengeluaran rutin untuk pospak tiap bulan. Daaaan bisa diwariskan ke adiknya! Ale dapet beberapa lungsuran dari kakak sepupunya. Tentang higienitas gimana? Jangan disamakan dengan tukeran celana dalamnya orang dewasa yaa ahahaha, dan jangan lupa direndem air (agak) panas dan dicuci bersih sebelum dipakai
+ Bisa sekalian dipakai untuk toilet training 
+ Bentuknya mirip celana, jadi kalo siang (di Jakarta) nggak perlu pake celana lagi

Pake clodi ada kekurangannya nggak?


- Ketika beli, harga 1 set clodi berasa lumayan dibanding beli 1 pak pospak (tapi kalo cermat dihitung, justru menguntungkan karena bisa dipakai lama)
- Menambah cucian kotor, dan air serta deterjen untuk mencuci

Bedanya apa dong sama pake celana?


Tentu berbedaaa, karena ini popok yang bersifat menyerap, jadi nggak beleberan pipisnya. Beberapa clodi bahkan memiliki bahan yang tidak mudah tembus air, jadi aman untuk menggendong bayi tanpa rasa waswas kena ompol. Tentunya dengan pemakaian yang tepat yaa, periodically diganti tiap 4-5 jam sekali, kayak pospak aja.

Apa aja yang harus diperhatikan kalo mau beli clodi?


(Sekalian menjawab tentang istilah-istilah dalam dunia per-clodi-an. Berdasarkan riset pribadi sebelum coba pakai dan mostly pengalaman saya selama sekitar 5 bulan berclodi bersama Ale, dengan beberapa merk lokal: Ecobum, GG, Bumbee, Pempem)

1. Mau model apa, coveria atau pocket?

Secara umum, clodi terdiri dari minimal 2 bagian: outer/cover, dan penyerap (soaker)/insert. Kayak celana dalam dan pembalut gitu loh (pasti kebayang kan kalo gini? ahahah).

Model clodi terbagi menurut posisi insert di outer nya. Posisi insert di atas cover disebut model Coveria, dan posisi insert di dalam cover disebut model Pocket.

Atas: Outer model Coveria (kiri) dan model Pocket (kanan)
Bawah: Outer dan insert model Coveria (kiri), dan model Pocket (kanan). Insert di model Pocket saat penggunaannya nggak nongol kaya di foto ini yaa, sebetulnya masuk kedalam kantong semua, jadi penampakannya sama aja kayak outer tanpa insert.



Untuk bagian yang langsung bersentuhan dengan kulit bayi, biasanya permukaannya lebih halus dan bersifat stay dry, yaitu meneruskan air ke insert, tapi tetap kering (kayak pampers gituuu). Manfaatnya untuk kenyamanan bayi aja, nggak merasakan sensasi basah, tidur malam bisa nyenyak, kayak pake pospak. Untuk model pocket, si stay dry ini sudah merupakan bagian cover clodi, sementara untuk coveria, perlu ada tambahan lapisan stay dry di atas insert yang biasanya disebut Liner. Untuk toilet training membiasakan anak dengan sensasi basah tanpa perlu beleberan, tinggal lepas liner nya.

Kiri: Penampakan model Coveria dengan insert dan liner
Kanan: Closer look. Insert bahan microfiber dengan liner merah berbahan semi suede
Saya ceritakan plus minusnya menurut saya yaa

Pocket:
+ Tidak perlu liner tambahan untuk fitur stay dry
- Sekali basah, langsung ganti satu set cover+insert

Coveria:
+ Sekali basah, kalo cover nggak kena kotoran berarti, bisa hanya ganti insert + liner saja
- Perlu liner tambahan untuk fitur stay dry (tapi ini opsional sih, Ale nggak pake liner dan nyaman-nyaman aja, lagipula imho kadang sensasi basah itu dibutuhkan buat alarm alami, anaknya akan gelisah, biar kita bisa segera ganti clodinya)

2. Kayak pampers aja, mau pake tipe apa? Perekat atau celana?

Tipe perekat (kiri) dan celana (kanan)
Untuk bayi kecil, perekat emang paling enak sih. Perekatnya bisa berupa velcro, atau kancing snap. Velcro lebih praktis dan gampang pakenya, kancing snap lebih mantep. Di usia 6 bulan, Ale dah bisa main-main ngelepas perekat velcro, jadi saya lebih suka yang kancing snap, karena lebih sulit untuk Ale buka. Tapiii ternyata setelah Ale lincah gulang guling, masang kancingnya perjuangan uga.

Perekat velcro (kiri) dan kancing snap (kanan)
Untuk tipe celana, biasanya pake kancing snap juga untuk adjust ukurannya. Ada juga celana yang kayak celana dalam gitu ada penyerapnya juga, tapi biasanya untuk anak yang lebih besar (<12 kg), sekalian untuk toilet training, dan mungkin judulnya udah bukan 'clodi' lagi kali yaa.

Clodi tipe celana (kiri) dan celana dalam untuk toilet training (kanan, merk Cuddle Me) yang ada karet dan kancing pengatur kayak celana hamil

3. Fitur apalagi yang sebaiknya diperhatikan dalam memilih clodi?

Jenis insert
Ada banyak jenis insert yang saya pun nggak terlalu paham, karena masing-masing bahan punya daya serap berbeda. Contoh jenisnya: hemp bamboo, birdy, litty, prefold, microfiber... Tapi pake handuk dipotong sesuai ukuran bisa, pake alas ompol bisa, yang penting mah nyereeep. Yang Ale pakai adalah microfiber (bawaan merk GG, Bumbee), litty (bawaan merk Pempem), prefold (bawaan Ecobum), dan alas ompol salur merk Renata dan Baby Oz. Mana yang paling bagus? Nggak merhatiin hahahahaha, toh harus diganti regularly tiap 4 jam, jadi paling beda dikit laaah. Katanya sih prefold yang daya serapnya menampung paling banyak, tapi karena tebal, jadi terlihat terlalu bulky dan saya nggak sreg.

Kiri: Urutan dari kiri (yang paling pendek) ke kanan adalah microfiber, alas ompol Renata, dan prefold Ecobum
Kanan: Closer look

Bahan cover
Ada yang berbahan Polyurethane Laminated (PUL) waterproof, minky seperti semi suede, ada juga yang katun/kanvas biasa. 

Bahan PUL (kiri) dan semi suede (kanan)

Fitur double leg gusset
yang berfungsi mencegah bocor samping. Kadang walaupun pake cover PUL, kalo emang takdirnya bocor mah, bisa aja tau-tau ngalir dari sela selangkangan-paha. Dibayangin aja dari foto dibawah ya tentang fungsi fitur ini:

Dari kiri ke kanan: Ecobum tipe celana, Bumbee tipe perekat, Ecobum tipe perekat. Hanya yang di tengah yang nggak punya double leg gusset, ituloh tambahan bahan berkerut-kerut di bagian tengah clodi, yang akan lebih 'nge-grep' paha (semoga bisa jelas divisualisasikan ahahaha)

4. Lebih baik pake yang model dan tipe apa ya?

Tergantung kebutuhan dan preferensi masing-masing banget sih ini. Kalo favorit saya, berdasarkan beberapa hal seperti: bahan PUL waterproof, bisa dipakai hingga 20 kg, tipe celana biar lebih long term daripada tipe perekat, model cover biar nggak sekali basah langsung harus masuk cucian kotor, ada double leg gusset, dan lokal untuk #supportlocalproduct (aeee), favorit saya adalah Ecobum Pull Up Pants! Bonus fiturnya adalah dia bisa dipake sebagai tipe Coveria maupun Pocket (bayangin dari fotonya aja yaa, di foto terakhir diatas).


5. Harus punya berapa clodi sih kalo mau nggak pake pospak sama sekali?

Tergantung keistiqamahan mencuci (dan atau support system yang mendukung, read: bantu mencuci), dan cuaca untuk pengeringan jemuran. Misalnya satu hari tiap 4 jam ganti 1 set clodi (beda kasus lagi kalo untuk newborn yang frekuensinya lebih sering yaa), berarti sehari 6 clodi. Asumsi sehari mencuci sekali, dan kering dalam sehari. Jadi, butuh 12 clodi. Eitsss, gak perlu terintimidasi dengan jumlahnya, asumsinya kan ganti set clodi, bisa aja hanya butuh lebih banyak insert daripada outernya (btw harga insert jauh lebih murah daripada outer). Saya dan Ale pun mulai dari 1 clodi. Terus ketagihan, dapet lungsuran, nyicil dikit-dikit beli lagi deh biar makin efektif. Yang penting #mulaiajadulu. Coba, terus rasain manfaatnya buat anak, kantong, dan populasi sampah. Niat baik mah akan ada jalannya lah yaa aamiin!

Saya sendiri juga belum full istiqamah tanpa pospak, masih prosesss. Ale masih pakai pospak kalo bepergian/ malem hari. Kecuali kalo ke Bekasi ke rumah Nena-nya.

Sedikit tips untuk ber-clodi saat bepergian:

1. Pakai tipe coveria, jadi tidak perlu bawa cover clodi banyak-banyak karena bisa ada kemungkinan hanya perlu ganti insert
2. Bawa wet bag untuk bawa pulang clodi bekas pakai.
3. Pakai diaper bag dengan ukuran agak besar yang bisa memuat semua baby basic needs ditambah perlengkapan ber-clodi

Bhaiqqqqq, semoga agak mencerahkan! Tolong dikoreksi kalo ternyata ada yang salah terminologi atau sotoy hahahaha, yuuuk sama-sama kurangi disposable diapers (and anything in single use)!

Thursday 25 October 2018

Trik Menyusun Wish List Kado Lahiran

Somehow, saya merasa kelahiran Ale kemaren banyak sekali rejekinya, alhamdulillah. Salah satunya adalah banyaknya kado kelahiran dari teman, keluarga, dan lingkaran pertemanan keluarga terdekat. Wajar dong ya lahiran dapet kado. B ajah, nggak ada yang spesial-spesial amat. Sampe ketika saatnya saya hamil dan banyak ngobrol sama teman-teman yang sudah melahirkan, terus kepikiran.

Beberapa pernyataan terkait kado kelahiran yang saya sering dengar adalah:

"Halah, nggak usah terlalu berharap sama kado, beli aja dulu yang sekiranya perlu" --- sekiranya perlu sebetulnya menyimpan makna yang sangat dalam loh, untuk tau yang sekiranya perlu ternyata nggak semudah itu.

"Nggak usah beli baju banyak-banyak, nanti juga dapet dari kado"--- dengan berbagai variasinya (kata-kata 'baju banyak-banyak' bisa diganti berbagai hal seperti toiletries, cooler bag, dsb sesuai pengalaman yang bersangkutan).

"Kado-kado lahiran anakku banyak yang akhirnya aku jadiin kado lagi buat orang lain"--- eh benjug yaaa

Laluuu saya jadi merasa per-kado-an ini lumayan tricky. Kebutuhan bayi baru lahir tuh banyak loh, butuh banyak uang dan ruang penyimpanan ekstra sendiri untuk barang-barangnya, ditambah kalo rencananya buat dikadokan lagi ke orang yang belum tau kapan. Apa nggak bisa ya ngarepin kado yang efektif pasti kepake jadi ngurangin pengeluaran dan ruang penyimpanan? Bisyaaaa! Ahaha sudah saya buktikan. Memang akhirnya tetap nggak semua kado kelahiran Ale betul-betul terpakai sendiri sih, tapi alhamdulillah mostly efektif sesuai kebutuhan.

Gimana caranya? Berikut beberapa hal yang saya lakukan:

1. Susun wish list

Sebelum melahirkan, tentu saja di 2 bulan terakhir saya sudah berkutat dengan newborn shopping list. Nanya sana sini tentang kebutuhan barang ini itu, mengklasifikasikan tingkat prioritas pembelian barang, hunting promo dan diskon, baca review berbagai produk untuk memastikan merk mana yang sesuai kebutuhan dan budget, endebrai endebrai. Ampe bikin excel nya. Termasuk dengan harga barang di suatu baby shop ternama sebagai acuan. Ribet amat? Yes, karena saya bertekad untuk tidak terjebak dengan euforia newborn shopping seperti banyak teman saya ceritakan. Kebanyakan beli ini itu padahal nggak butuh, beli ini itu yang kurang pas dengan kebutuhan, kurang beli ini itu yang ternyata butuh di awal kelahiran dsb. Jadi baiklah saya memutuskan untuk ribet sedikit di awal biar less money spent and less waste. Apalagi saya anaknya gampang kemakan promo gitu... Heu. Jadi punya shopping list is a must buat jadi pegangan.

Dari excel itu, saya mulai mencicil membeli barang yang diperlukan sesuai prioritasnya. Sisanya saya susun dalam sebuah wish list. Wish list ini harus jelas sih, kalo emang belum tau mau merk apa, paling nggak sudah ada ancer-ancer harganya.

2. Memperkirakan target potensial untuk ngasih kado dengan budget tertentu

Saya listing lingkaran pertemanan saya yang pasti ngasih kado. Geng SMA, geng kuliah, geng kantor, .... ahaha maapin istilahnya geng abis apa dooong. Selain itu keluarga terdekat yang potensial juga saya listing. Lalu perkirakan budgetnya. Misalnya, geng SMA. Sebelum saya melahirkan, saya pernah patungan kado lahiran untuk temang segeng, dari situ saya bisa kira-kira budget dari geng itu sekian, lalu cocokkan dengan wish list yang telah dibuat. Jadi pas ditanya mau kado apa sama orang-orang terdekat, saya sudah punya opsi sesuai kebutuhan, di geng ini minta ini, ke tante ini minta itu, ke orang perseorangan yang tak terduga nanya akan minta itu... yeay! Yahilah celamitan amat? Loh kan saya cuma jawab pertanyaan mau kado apa? Walopun kalo nggak ditanya, ya saya kode-kode juga sih ke yang bersangkutan ahahaha

3. Atur strategi timing

Misalnya, kapan butuh sterilizer dan breast pump? Nanti sih, kalo Ale sudah mulai belajar minum ASIP. Kalo emang ada kejadian tidak diinginkan mengharuskan Ale belajar minum ASIP dari awal lahir, masih bisa diantisipasi lah ya dengan pinjam breast pump ke RS dan sterilisasi rebus pake kompor. Walaupun tetep lebih cepat lebih baik sih ya punya kedua barang itu. Cocok nih request ke geng yang by record gercep terkait jenguk dan beli kado. (Turns out, sterilizer dan breast pump yang saya request ke teman-teman nyampe tepat di hari ketika Ale malamnya harus nginep di RS karena hyperbilirubin, so lucky :') makasih gengs)

Misalnya lagi, kapan butuh gendongan hipseat? Nanti lah, kalo Ale dah bisa duduk itu mah. Jadi bisa lah ya request ini ke si tante yang baru berencana menjenguk Ale bulan depan.

Semacam itu lah maksud saya tentang strategi timing.

Yasss, tiga hal itu aja sih yang saya lakukan dan rasakan sendiri manfaatnya. Tapiii, bikin excel nggak perlu-perlu amat kok, nggak punya banyak lingkaran pertemanan atau keluarga yang potensial ngado juga nggak masalah, inti dari cerita saya sebetulnyaaaaaa paling penting adalah  

siap dengan jawaban untuk pertanyaan "Mau dikadoin apa?" 

Kalo lagi ulang tahun terus ada yang nanya itu mah, yaudalaya jawab "apa aja boleh" juga kayaknya nggak akan berdampak banyak pada hidup. Karena kado ulang tahun biasanya sifatnya berdasarkan keinginan kan, bukan kebutuhan. Sementara, sekali lagi, kebutuhan bayi baru lahir tuh banyak loh. Sebanyak itu. Baru ngeh setelah tiba saatnya belanja wahaha. Kalo menganggap pertanyaan itu fomalitas aja dan kita jawab formalitas juga dengan "apa aja", ya harus legowo kalo ternyata kadonya sama dengan kado lainnya atau tidak sesuai dengan yang kita butuhkan.

Btw, bukan maksudnya nggak bersyukur dengan apa yang dikadoin di luar wish list yaa, suwer saya senaaaang sekali dapat banyak kado! Feeling special gitu loh heu, apalagi love language kedua saya emang receiving gift :) Belum lagi banyak juga kado yang emang nggak kepikiran, tau-tau malah butuh, atau ternyata yang dari wish list kita malah nggak sesuai ekspektasi ahaha. Gitu deh. Alhamdulillah! Semoga Allah membalas kebaikan semua yang perhatian dan ngasih kado kelahiran untuk saya dan Ale yaa, aamiin!




Monday 24 September 2018

#BaladaFusiRendySah 1-5

Dalam rangka pengen ajah, saya mau mendokumentasikan beberapa percakapan Fusi dan Rendy Wkwk niatnya pengen nulis intro yang menggugah atau paling nggak sedikit ada romantismenya tapi kok ya nggak kepikiran. Yoweslah, intinya mah buat kenang-kenangan wae.

*1*
R: Leon sama Dara kenapa sih?
F: Takut ketauan sama Bu Rani karena bantuin Laras
R: Si Sandra orangtuanya kemana? Kok ga pernah keliatan?
F: Iya kan di Amerika, dia sendiri pulang ke Indonesia

Ada yang paham maksud percakapan di atas? Kalo iya selamat! Berarti tontonan sinetron kita sama hahahaha

*2*
(lagi ngebahas Harry Potter 6. Fyi, saya baca Harry Potter dari kelas 3 SD, sementara Rendy hanya nonton filmnya pas kuliah)

R: Hoo emang Dumbledore nya beneran mati?
F: Iya, kan dibunuh Snape
R: Bukannya lanjutannya dia pindah ke dunianya Lord of The Ring itu?
F: Ha?
R: Iya kan dia jadi penyihir baik yang bantuin Frodo
F: ...

Tolong, suamiku nggak bisa bedain Gandalf dan Dumbledore......

*3*
(abis dengerin lagunya Yura Yunita dan Reza Rahadian)

F: Ale, nanti ibu besanan ama Reza Rahadian aja deh nggak jadi sama Rio Dewanto nggak papa
R: iya iya betul, aku lebih setuju besanan ama Reza Rahadian
F: Tapi om Reza nya belum menikah Le...
R: Nggak papa nggak papa, kan cowok emang biasanya lebih tua
Ale: ... (bengang bengong)

*4*
R: Kasian deh kemaren aku liat ondel-ondel sendirian keliling sambil dorong speaker musik
F: Wah kasiannya... Biasanya kan ada temennya ya yang bagian ngumpulin duit. Kasian kalo sendirian mau pipis lepas ondel-ondelnya gimana ya
R: Ih bisa tau lepas ondel-ondel sendiri, tinggal diangkat dari dalem
F: Masaaa? Sotoy
R: Betulan bisa, aku liat di FTV kemaren. Cinta Ondel-ondel apa apa gitu ya judulnya

#proudwife

*5*
(lagi nonton Meteor Garden di mobil di perjalanan ke kantor)
F: Ih aku paling nggak suka deh sama fashionnya Mei Zuo di antara F4
R: Aku juga, dari Meteor Garden yang dulu aku paling nggak suka sama gayanya Mei Zuo
F: Lah emang kamu tau yang mana?
R: Tau yang suka pake lekbong itu kan. Yang nama aslinya Vannes Wu itu kan?
F: Kamu hafaaaal?

#proudwife

Nggak penting tapi biarin aja ah, yomareeee ahaha

Working Breastfeeding Mom Cheat A la Fusi

Ale 4,5 bulan! Berarti kira-kira sudah 2 bulan saya jadi working mom. Seperti cerita sebelumnya, saya mau cerita beberapa hal yang secara sengaja tidak sengaja saya lakukan/alami dan somehow bermanfaat. Paling nggak bermanfaat buat saya, sebagai ibu pekerja.

1. Saat yang tepat untuk sewa/ beli freezer khusus ASI

Dari riset pribadi saya tentang ini (baca review dan tanya-tanya teman), ternyata belum tentu freezer khusus ASI akan terpakai (maksimal). Beberapa kemungkinannya adalah:
  • Bayi nggak suka minum ASIP beku, jadi bisa ada kemungkinan tidak perlu ngoyo menabung stok ASIP beku banyak-banyak
  • Belum tentu stok ASIP melimpah (sorry not sorry to say)
 Jadi untuk tau kapan harus pakai freezer khusus ASI bisa dicoba beberapa hal berikut:
  •  Penuhi dulu freezer kulkas yang sudah ada. Apalagi awal-awal Ale lahir saya masih agak malas-malasan pumping, jadi di bulan pertama saya memang belum butuh freezer khusus.
  • Coba minumkan ASIP beku yang sudah >2 minggu ke bayinya, kalo mau alhamdulillah, bisa lanjut nabung ASIP dan ketika freezer penuh, baru pertimbangkan sewa/beli freezer tambahan. Kalo bayi nggak mau? Masih ada waktu untuk atur strategi lain untuk pemberian ASI.
  • ASIP nggak melimpah? Memang nggak perlu melimpah, yang penting cukup :) Namanya juga kan menabung, semampunya aja. Lama-lama juga banyak, apalagi kalo rajin pumping. Again, ketika freezer kulkas biasa penuh, baru coba  pertimbangkan sewa/beli freezer khusus ASIP.

"Ribet amat, langsung ajalah sewa freezer cobain aja sebulan, atau beli aja sekalian, kalo nggak kepake tinggal di preloved." - Saya sempet kepikiran ini, tapi sekarang sudah terjawab: sewa freezer itu minimal 3 bulan, ditambah ada uang jaminan dan transport bolak balik. Baik sewa maupun beli, juga harus dipikirkan tentang space-nya di rumah, dan kalo udah langsung dicolok saat baru banget mulai nyetok ASIP, sayang nggak sih listriknya... Yomare dukung #aksihematenergi (program KESDM nih ahahah)

2. Informasi tentang prosedur penyimpanan dan pencairan ASIP untuk pengasuh

ASI Perah aka ASIP bukanlah hal yang awam untuk banyak orang, jadi penting banget untuk memberi informasi sejelas-jelasnya tentang ASIP kepada (siapapun) yang mengasuh Ale. Yang paling penting adalah tentang daya tahan ASIP pada suhu tertentu, dan cara mencairkan dan menghangatkan ASIP. Saya menempelkan poster tentang kedua hal tersebut di pintu kulkas, jadi gampang dilihat. Posternya saya dapat dari buku "Multitasking Breastfeeding Mama" (saya pernah mereview loh: Pregnancy and Parenting Books Review), tapi sudah banyak kok tabel/infografis tentang ini di internet, bisa diprint sendiri. Jangan lupa untuk cari sumber yang terpercaya ya!

Untuk pentingnya mematuhi dan mengikuti informasi di poster tersebut, saya juga sering cerita secara lisan ke keluarga/pengasuh yang sehari-hari bareng Ale, tentang fakta-fakta ilmiah tentang ASIP atau cerita pengalaman orang lain tentang akibat keteledoran pemberian ASIP. Menurut saya ini penting, biar banyak hal sederhana tentang ASIP kayak misalnya ASIP yang ga boleh dikocok kenceng di botol, dsb, lebih di take seriously.

3. Persediaan ASI harian yang sudah ditakar

Dalam rangka nggak mau (lebih) merepotkan yang mengasuh (seringnya sih Eyangnya) Ale, saya sudah mempersiapkan botol-botol kaca berisi ASIP sesuai takaran Ale sekali minum, sebelum berangkat ngantor. Termasuk ASIP beku yang sudah dicairkan dari plastik ASIP, saya pindahkan ke botol kaca dengan volume sesuai takaran. Biasanya 8-10 botol perhari. Jadi Eyang nggak perlu ribet ngurusin kapan harus nurunin dari freezer, buka plastik, dan menakar-nakar. Tinggal comot dan taro bottle warmer, yeay!

Yang paling kanan belum dipindah ke botol kaca, harusnya untuk 2 kali minum. 
Btw gimana sih caranya fotoin isi kulkas biar tjakeph?


4. Stok kantong ASI warna warni

Sebenernya ini nggak sengaja, karena saya suka beli kantong ASI pas promo dengan berbagai merk, jadilah saya punya banyak kantong ASI warna-warni (Baca: Review Kantong Plastik ASI). Turns out ini sangat membantu saat stock opname ASIP di freezer kulkas 2 pintu di rumah. Karena saya menggunakan 1 merk kantong ASI dulu sampe habis 1 kotak sebelum menggunakan merk lainnya, jadi stok di freezer lebih mudah diidentifikasi usianya. Semacam oh kantong ASIP biru usianya lebih lama daripada ASIP di kantong pink, jadi dipindahin deh biar keliatan untuk dikonsumsi duluan, dsb.

5. Tuas manual to the rescue

Sebelum melahirkan saya berpikir kalo breast pump yang nanti saya pakai harus elektrik. Biar bisa sambil ngapa-ngapain dan nggak pegel. Turns out, tuas manual jadi andalan! Ketika 1 bagian  breast pump elektrik nggak kebawa, ketika mati lampu di kantor, ketika harus pumping di jalan, ketika harus pumping buru-buru dengan durasi singkat, tuas manual penyelamatku!
Btw  breast pump elektrik saya memang punya additional tuas manual yg kompatibel, jadi saya tidak perlu punya 2 jenis breast pump sekaligus.

6. Memaksimalkan penggunaan plastik ASI 

Teman-teman terdekat mungkin tau ya kebiasaan ala-ala saya yang suka berusaha untuk hidup lebih ecofriendly. Tapi kok masih pake kantong plastik untuk nyimpen ASIP? Karena eh karenaaa, saya masih memaksimalkan penggunaan freezer kulkas 2 pintu dengan space penyimpanan terbatas (jadi mengurangi penambahan listrik untuk freezer khusus), dan karena opsi lain untuk penyimpanan ASI seperti botol kaca pun sebetulnya tidak se-ecofriendly itu (yang tertarik topik ini baca informasinya di instagram @sustaination, banyak sekali info menarik lainnya tentang sustain living). Intinya menurut saya memanfaatkan dengan maksimal produk apapun yang kita pakai bahkan yang dari plastik sekalipun, adalah salah satu bentuk usaha untuk hidup ecofriendly.

Jadi, kalo pake plastik ASI ukuran 100 ml, ya diisi penuh 100 ml. Kalo ASI yang mau disimpan kurang dari itu, saya tabung dulu di botol lain. Hasil pumping selanjutnya setelah suhunya disamakan, bisa digabung untuk mencapai 100 ml. Ini juga memudahkan untuk menghitung jumlah volume stok ASIP di freezer, tinggal hitung jumlah plastiknya dikali volume per kantong. Berguna banget ketika saya bersiap ninggalin Ale untuk pergi dinas dengan kebutuhan stok ASI tertentu. Recently saya menggunakan kantong ASI ukuran 240 ml, semoga lebih plastic-less, aamiin. Oiya, saya menggunakan kantong plastik ASI hanya untuk ASIP yang memang akan dibekukan sebagai stok, alias surplus hasil pumping. ASI fresh untuk diminum keesokan hari, dari awal penyimpanannya saya simpan di botol kaca.


Yeay, sekian! Kalo ada hal lain yang saya lakukan/alami dan ternyata bisa jadi life hack untuk ibu pekerja mungkin akan saya tambahkan lagi :) semoga bermanfaat!