Wednesday 17 April 2019

Saat Working Mom Dinas Luar Kota: Manajemen Pumping dan Menyimpan ASIP

Salah satu hal yang paling saya hindari (dan takuti) setelah Ale lahir adalah dinas luar kota. Tapi sudahlah tak perlu membahas tentang kebaperan meninggalkan anak dinas, apalagi men-judge saya (atau kami, para working moms). Gimanapun kondisinya, Ibu harus tetap happy demi kelancaran ASI dan pekerjaan. Jadi, saya ingin cerita tentang pengalaman saya beberapa kali dinas luar kota, siapatau bermanfaat, karena bagi saya sendiri aja dari tiap perjalanan dinas ada aja pelajaran yang bikin mikir, “Oke dinas selanjutnya berarti nggak boleh gini, harusnya gitu”, endebrai endebrai.

Saya coba ceritakan dalam beberapa poin tentang apa yang perlu dipikirkan yaa.

1. Teori penyimpanan ASI


Ini harus dikhatamin dulu, yakinkan hati cocok sama teori yang mana, lalu diingat-ingat. Contohnya, saya berpegang sama kesimpulan riset jurnal ilmiahnya @asiku.banyak (bisa dicek di hestek #AsikuBanyakPumping7 di instagram) dan tabel penyimpanan ASIP rekomendasi AIMI seperti pada foto dibawah.


Nah ini akan jadi modal untuk persiapan tahap berikutnya di perencanaan perjalanan dan apa aja yang harus disiapkan. Misal, saya akan melakukan perjalanan 5 hari ke Sulawesi Barat, berarti ASIP 2 hari pertama masih aman untuk disimpan dalam chiller sampai hari ketiga, sebaiknya segera dibekukan sebelum hari kelima. Bisa aja dibekukan dari hari pertama, asal nggak pindah hotel atau bahkan pindah kota dalam 5 hari itu. Kalo di hari kedua atau ketiga ternyata pindah kota dan ASIP beku harus dibawa dalam perjalanan panjang, sayang kan kalo cair dan berarti usia layak konsumsinya jadi <24 jam padahal pulangnya masih beberapa hari lagi huhuhu. Nah, yang gini-gini yang butuh teori durasi penyimpanan yang ngelotok banget.

2. Cek durasi, itinerary, dan medan lokasi

- Dari durasi perjalanan, bisa dikira-kira berapa volume ASIP yang akan dibawa pulang, jadi bisa disiapkan tempat yang sesuai. Biasanya saya pake cooler box Marina 12 S untuk perjalanan 5 hari. Kenapa cooler box instead of cooler bag? Preferensi personal aja biar mengurangi insecurity wehehe, beberapa teman bawa pake cooler bag biasa (yang buat sehar-hari dipake kerja) juga cukup dan aman kok. Eh dan karena space nya luas, jadi bisa masukin minuman dingin mayaaan hahahaha. Jangan lupa sesuaikan jumlah ice gel.


Perbandingannya sama tangan saya yaa, kalo nggak salah volume bersih 10 L. Beli di shopee nggak nyampe 200ribu.

- Berapa hari akan stay di 1 hotel/kota? Kalo perlu berpindah lokasi akan makan waktu berapa jam perjalanan? Ini sangat penting biar ada bayangan rencana manajemen penyimpanan ASIP seperti contoh pada poin 1, kayak kapan paling lambat ASIP harus dibekukan, sampai skenario terburuk situasi kayak apa yang mungkin terjadi hingga harus membuang ASIP, heu.

- Browsing dan cari tau tentang lokasi tujuan. Ada listrik 24 jam nggak?  Ada indomaret nggak (untuk jajan-jajan lucu buat ASI booster)? Ada yang bisa nyediain es batu nggak kalo kulkas hotel gagal membekukan ice gel? Medan perjalanan kesana gimana, berkelak-kelok sepanjang jalan? Jalannya sudah teraspal dengan baik nggak(saya pernah harus pumping di jalan yang berbatu heu)? Endebrai endebrai.

- Cek silsilah keluarga dan rekan seperjalanan. Ada keluarga di sekitar lokasi dinas nggak? Ini pengalaman teman saya sih, ketika ASIP nggak beku-beku di freezer hotel, dan pernah juga harus pindah-pindah lokasi, akhirnya ASIP dititipkan di kulkas keluarga/ teman/ keluarganya teman/ handai taulan lah pokoknya, di kota yang menjadi tempat kedatangan dan kepulangan nanti. Untuk situasi kayak gini harus dipikirkan dan disiapkan juga untuk mobilisasi ASIP saat penitipan, yang berarti butuh ekstra cooler bag dan ice gel.

3. Fasilitas hotel

Menurut saya, kondisi paling ideal adalah kamar hotel dengan kulkas ber-freezer dan teko listrik di kamar. Kalo nggak kayak gitu gimana dong?

- Mostly kulkas di kamar hotel yang saya temui, freezer-nya kecil, palingan cukup untuk membekukan 2 ice gel ukuran 500 gram (Kalo ASIP ditumpuk di atas ice gel-nya belum tentu beku, walaupun ada space-nya). Pastikan bisa nitip ASIP atau ice gel di dapur hotel, tapi sejauh ini belum pernah ditolak sih nitipnya.

- Setiap nitip di freezer dapur hotel, jangan lupa minta tag atau tanda terima lainnya. Walaupun katanya nggak papa tanpa itu, saya pernah aja jadi lamaaa nunggu buntelan ASIP dan ice gel saya dicari karena nggak ada pengenalnya, terus ditanya berulang bentukan barang yang dititip heu.

- Walaupun deep freezer, ASIP dan ice gel belum tentu beku sempurna walau disimpan semalaman (10 jam). Jadi kalo emang hanya semalam di satu hotel dan selanjutnya pindah, saya prefer nggak membekukan ASIP sekalian. Kalo ice gel nggak beku? Jangan sedih, cari es batu di warung terdekat! Di Ruteng NTT alhamdulillah diantar driver ke pasar ikan untuk beli es batu segede lengan orang dewasa seharga 2.000 perak, yang biasa orang pakai untuk nyimpen sea food. Jadi ASIP aman dibawa perjalanan 8 jam sampai Kupang tanpa ice gel beku, yeay!

- Ketika menginap di hotel tanpa kulkas dan teko listrik dalam kamar, pumping malam jadi challenging sekali, gimana mensterilkan perintilannya? Di Mamuju saat itu, kondisinya saya baru sampai hotel dari perjalanan sekitar 12 jam, jadi semua ice gel sudah tidak dalam kondisi terbaik. Mau nitip peralatan pumping di chiller hotel terus nanti diambil tiap mo pumping, saya malas. Hahahaha, wong kamar lantai 3, lobby lantai 1, kulkas dapur lantai 5, zzz.  Jadi yang saya lakukan adalah pumping terakhir jam 10 malam, titip ice gel di freezer, titip kantong-kantong ASIP di chiller dapur hotel, lalu jam setengah 6 an pagi minta air panas ke room service. Jangan lupa "yang mendidih ya mas soalnya buat botol susu bayi". Abis itu jam 10 an pumping lagi pesen lagi air panas ber-charge 10.000 itu. Harusnya saat itu ice gel sebelumnya dah beku yaa, jadi bisa aja taro cooler bag yang dingin dan nggak perlu bilas air panas, tapi saya nggak ambil ice gelnya karena nanggung siangnya akan pindah kota lagi.

- Di hotel atau home stay kecil yang petugasnya terbatas, saya nggak bisa mengharapkan bantuan room service 24 jam. Ketika check in di Ruteng, petugas hotel bilang dengan senang hati akan menerima titipan di kulkas. Nggak lama setelah masuk kamar, pintu saya diketok dan ditanya mana yang mau dititip? Padahal kondisinya belum pumping. Dan itu terjadi di 2 hotel, keduanya ngetok di jam 10 malam. Pesan moral yang saya tangkap, lihat kondisi tempat menginap, ada petugas stand by (literally 24 jam) apa nggak, dan jangan lupa menghargai waktu istirahat petugas hotel.

- Pastikan instruksi kita jelas dimengerti petugas hotel yang dititipi, karena bukan kita sendiri yang naro dan ambil segalanya di dan dari kulkasnya. Suatu ketika saat akan check out, ternyata ASIP dan ice gel saya sudah menunggu di meja resepsionis. Nggak tau berapa lama, tapi cukup membuat kantong ASIP nggak terlalu dingin lagi, heu. Mungkin maksudnya baik ya biar nggak ketinggalan, tapi masnya kan emang nggak ngerti teori suhu ruang untuk ASIP, huhu. Pernah juga ice gel nggak beku semaleman, jelas banget masnya salah nangkep walaupun sudah sejelas "yang ini harus beku, di freezer ya mas".

- Kalo tinggal di satu hotel untuk beberapa saat, coba cek berkala, paling nggak 1 kali, udah beku belum ya titipannya? Sekalian ngecek kondisi sudah sesuai instruksi apa nggak, dan bisa aja karena positioning-nya di freezer ditumpuk-tumpuk jadi nggak bisa beku sempurna.

- Satu solusi lainnya (yang belum saya coba) adalah bawa termos atau teko listrik sendiri. Solved sudah.

4. Siapkan check list peralatan pendukung

Berikut adalah beberapa alat tempur yang menurut saya useful sekali untuk situasi mobile saat perjalanan dinas.

ice gel, untuk cooler box Marina 12 S saya bawa (minimal) 4 ice gel ukuran 500 gram. Bisa untuk gantian dipakai dan disimpan per 2 ice gel, untuk pumping sesi malam in case nginep di hotel tanpa kulkas dalam kamar.

- power bank atau tuas manual, untuk bekal pumping di jalan. Kalo yang biasa marmet, wah... saya nggak pernah dan nggak kebayang sih kalo di jalanan berkelok-kelok kayak kelok 9 di Sumatera Barat itu akan kayak apa marmetnya. Waktu di Patuha, jalanannya kurang bagus masih berbatu gitu, tapi sudah hampir 12 jam nggak pumping jadi harus banget pumping, terus saya pake tuas manual eh pusing heu. Pake elektrik dengan bantuan power bank di kondisi gitu mewah banget rasanya.

- nursing apron yang full menutupi melingkar kayak cape gitu, bukan yang bagian depan aja. Dengan kondisi perjalanan yang bikin pusing dan belum tentu teman seperjalanan kita perempuan semua, mengurangi insecurities dengan nursing cape itu worthy sekaliii.

- kresek agak besar untuk nitip ASIP atau ice gel di freezer dapur hotel. Kalo bisa yang eye catching warnanya jadi gampang minta cariin ke petugasnya. Pernah loh saya nunggu ampe setengah jam untuk dicarikan titipannya sama petugas hotel, padahal sudah pake tag Concierge dari hotel. Kenapa ga pake kantong kain atau spundbound totebag? Karena beberapa bahan punya kecenderungan gampang sobek kalo sudah nempel dengan barang lain dalam kondisi beku, tapi nggak tau sih detailnya gimana, saya pernah ngalamin sekali aja sih, monggo CMIIW yaaa.

- print out regulasi tentang membawa ASI ke kabin dan kesabaran untuk mengerti kalo ternyata nggak semua petugas bandara common dengan something called ASI Perah. Di Labuan Bajo, beberapa petugas beneran keheranan tentang bawa ASI, Air Susu Ibu? Ampe beberapa orang loh saling nanya-nanyaan. Lagian ke Labuan Bajo dinas bukannya liburan, mana ada yang bawa ASIP hahahaha. Ya gitu deh. Dan harus siap untuk cooler box yang dibuka tutup untuk dicek isinya. Sejauh ini cuma Bandara Mamuju yang abis ngecek dikasih stiker “Security Checked” jadi abis itu nggak dibuka-buka lagi. Eh dibuka juga deng di Bandara Makassar waktu transitnya hahaha yanasip. Regulasinya saya baca disini. Saya coba cari link download tapi nggak nemu huhuhu lupa download dimana maafkan.

Oiya, keukeuh lah untuk membawa ASIP ke kabin! Eh kecuali udah di packed sedemikian rupa ya, pernah baca di ig @asiku.banyak tentang bawa ASIP dari Eropa yang emang sudah dipersiapkan untuk masuk bagasi. Tapi karena saya paling hanya melalui perjalanan pulang 3-6 jam, saya nggak pake packing-an khusus. Untuk kondisi ini akan lebih aman kalo masuk kabin biar posisinya stabil nggak terguncang-guncang, karena ingat ada resiko plastik yang sobek atau botol kaca pecah.

5. Manajemen ASIP untuk supporting system di rumah

Jangan sampai pengasuh anak di rumah kelupaan nurunin ASIP sebelum jadwal minumnya! Apalagi sehari-hari, tetep saya yang ngatur persediaan ASIP harian untuk Ale ketika saya kerja (saya pernah cerita tentang ini disini). Dan sebetulnya yang paling saya cemaskan sebelum berangkat dinas adalah... Kalo bobo malem sama Babehnya, Babeh akan bangun untuk minumin ASIP nggak ya? Hahahaha. Saking cemasnya sampai Rendy akhirnya bilang "For real, kamu cemas meninggalkan anakmu sama bapaknya sendiri?", wahahaha abis itu berasa kok saya over thinking amat yaa hahahaha, udah deh cemasnya berkurang. Tapi teteppp, saya buat SOP untuk minum ASIP di malam hari. Ini contoh yang saya buat sebelum pergi ninggalin Ale usia <6 bulan, setelah Ale lebih besar, ini disesuaikan sendiri sama Rendy. Btw ini untuk kondisi kamar beda lantai sama kulkas yaa, makanya Rendy perlu bawa ASIP dalam cooler box ke kamar.

SOP yang dikirim via WA ke Babeh Ale. Lebih enak kalo pake Word dan diprint kali yaa

6. Ke-legowo-an hati Ibu

ASIP tumpah di jalan? Istigfar. ASIP harus kebuang karena petugas hotel yang dititipi miskom dengan instruksi kita? Istigfar. ASIP nggak beku sempurna tapi ternyata saatnya harus pindah lokasi dan hotel dan jadinya nggak layak konsumsi? Istigfar. Nggak sempat pumping selama 12 jam karena kondisinya melapang di hutan dan berkeringat seharian? Istigfar. Ditanyain dengan nada menuduh "Kamu nggak kangen sama anakmu?", istigfaaaaar. You are not alone, sisters! Seperti yang saya ceritakan di poin 2, sebelumnya sebaiknya prepare untuk skenario terburuk ketika ASIP tidak terselamatkan, dengan ini insya Allah paling nggak sudah siap dengan patah hatinya wehehehe. Kalo nyinyiran orang, sudahlah hempaskan, buang-buang energi mikirinnya. Yang penting Ibu pulang dengan sehat dan tetap happy yaaa, nggak perlu terpatok dengan berapa jumlah ASIP yang dibawa pulang (#selfreminder!!!), jangan dibawa stres, karena sekali lagi, Ibu harus tetap happy demi kelancaran ASI dan pekerjaan. Lalui saja hari dengan mindset akan semakin dekat waktunya kembali ketemu anak wehehe.

Yeay that's all! Mungkin nanti kalo saya dinas lagi bisa ada yang saya tambahkan, tapi yaaa semoga saya nggak perlu lama-lama pergi dinas huhuhu. Semenyenangkan apapun pergi dinas dan menyelesaikan pekerjaan, selalu ada heart breaking part-nya meninggalkan Ale. Whatever you do, moms, let's make it to the fullest! And remember, working mom is a full time mom too :)