Saturday 22 December 2018

Clodi for Dummies

Kenapa judulnya for dummies? Karena saya juga termasuk dummies yang pas nyari info tentang clodi cukup kewalahan dengan segala istilah dalam dunia per-clodi-an. Jadiii, post ini didedikasikan untuk membantu buibuk lain seperti saya yang kelimpungan di awal riset tentang clodi, semoga ga bikin bingung!

Apa sih clodi?


Clodi adalah singkatan dari Cloth Diapers alias washable diapers alias popok kain buat bayi. Antonimnya adalah pospak alias popok sekali pakai yang sering disebut pampers (bukan mau sebut merk, tapi emang gitu kan yaa ahaha).

Kenapa pake clodi?


+ Mengurangi risiko iritasi, kan kain jadi less chemical dan lebih ramah ke kulit bayi
+ Less waste! Fun fact: pospak bayi adalah salah satu limbah yang paling sulit terurai, bisa eksis hingga 450 tahun, heu
+ Hemat! Clodi biasanya berukuran cukup universal, contohnya 1 clodi bisa punya ukuran 4-16 kg. Bisa sekalian investasi jangka panjang, dibanding pengeluaran rutin untuk pospak tiap bulan. Daaaan bisa diwariskan ke adiknya! Ale dapet beberapa lungsuran dari kakak sepupunya. Tentang higienitas gimana? Jangan disamakan dengan tukeran celana dalamnya orang dewasa yaa ahahaha, dan jangan lupa direndem air (agak) panas dan dicuci bersih sebelum dipakai
+ Bisa sekalian dipakai untuk toilet training 
+ Bentuknya mirip celana, jadi kalo siang (di Jakarta) nggak perlu pake celana lagi

Pake clodi ada kekurangannya nggak?


- Ketika beli, harga 1 set clodi berasa lumayan dibanding beli 1 pak pospak (tapi kalo cermat dihitung, justru menguntungkan karena bisa dipakai lama)
- Menambah cucian kotor, dan air serta deterjen untuk mencuci

Bedanya apa dong sama pake celana?


Tentu berbedaaa, karena ini popok yang bersifat menyerap, jadi nggak beleberan pipisnya. Beberapa clodi bahkan memiliki bahan yang tidak mudah tembus air, jadi aman untuk menggendong bayi tanpa rasa waswas kena ompol. Tentunya dengan pemakaian yang tepat yaa, periodically diganti tiap 4-5 jam sekali, kayak pospak aja.

Apa aja yang harus diperhatikan kalo mau beli clodi?


(Sekalian menjawab tentang istilah-istilah dalam dunia per-clodi-an. Berdasarkan riset pribadi sebelum coba pakai dan mostly pengalaman saya selama sekitar 5 bulan berclodi bersama Ale, dengan beberapa merk lokal: Ecobum, GG, Bumbee, Pempem)

1. Mau model apa, coveria atau pocket?

Secara umum, clodi terdiri dari minimal 2 bagian: outer/cover, dan penyerap (soaker)/insert. Kayak celana dalam dan pembalut gitu loh (pasti kebayang kan kalo gini? ahahah).

Model clodi terbagi menurut posisi insert di outer nya. Posisi insert di atas cover disebut model Coveria, dan posisi insert di dalam cover disebut model Pocket.

Atas: Outer model Coveria (kiri) dan model Pocket (kanan)
Bawah: Outer dan insert model Coveria (kiri), dan model Pocket (kanan). Insert di model Pocket saat penggunaannya nggak nongol kaya di foto ini yaa, sebetulnya masuk kedalam kantong semua, jadi penampakannya sama aja kayak outer tanpa insert.



Untuk bagian yang langsung bersentuhan dengan kulit bayi, biasanya permukaannya lebih halus dan bersifat stay dry, yaitu meneruskan air ke insert, tapi tetap kering (kayak pampers gituuu). Manfaatnya untuk kenyamanan bayi aja, nggak merasakan sensasi basah, tidur malam bisa nyenyak, kayak pake pospak. Untuk model pocket, si stay dry ini sudah merupakan bagian cover clodi, sementara untuk coveria, perlu ada tambahan lapisan stay dry di atas insert yang biasanya disebut Liner. Untuk toilet training membiasakan anak dengan sensasi basah tanpa perlu beleberan, tinggal lepas liner nya.

Kiri: Penampakan model Coveria dengan insert dan liner
Kanan: Closer look. Insert bahan microfiber dengan liner merah berbahan semi suede
Saya ceritakan plus minusnya menurut saya yaa

Pocket:
+ Tidak perlu liner tambahan untuk fitur stay dry
- Sekali basah, langsung ganti satu set cover+insert

Coveria:
+ Sekali basah, kalo cover nggak kena kotoran berarti, bisa hanya ganti insert + liner saja
- Perlu liner tambahan untuk fitur stay dry (tapi ini opsional sih, Ale nggak pake liner dan nyaman-nyaman aja, lagipula imho kadang sensasi basah itu dibutuhkan buat alarm alami, anaknya akan gelisah, biar kita bisa segera ganti clodinya)

2. Kayak pampers aja, mau pake tipe apa? Perekat atau celana?

Tipe perekat (kiri) dan celana (kanan)
Untuk bayi kecil, perekat emang paling enak sih. Perekatnya bisa berupa velcro, atau kancing snap. Velcro lebih praktis dan gampang pakenya, kancing snap lebih mantep. Di usia 6 bulan, Ale dah bisa main-main ngelepas perekat velcro, jadi saya lebih suka yang kancing snap, karena lebih sulit untuk Ale buka. Tapiii ternyata setelah Ale lincah gulang guling, masang kancingnya perjuangan uga.

Perekat velcro (kiri) dan kancing snap (kanan)
Untuk tipe celana, biasanya pake kancing snap juga untuk adjust ukurannya. Ada juga celana yang kayak celana dalam gitu ada penyerapnya juga, tapi biasanya untuk anak yang lebih besar (<12 kg), sekalian untuk toilet training, dan mungkin judulnya udah bukan 'clodi' lagi kali yaa.

Clodi tipe celana (kiri) dan celana dalam untuk toilet training (kanan, merk Cuddle Me) yang ada karet dan kancing pengatur kayak celana hamil

3. Fitur apalagi yang sebaiknya diperhatikan dalam memilih clodi?

Jenis insert
Ada banyak jenis insert yang saya pun nggak terlalu paham, karena masing-masing bahan punya daya serap berbeda. Contoh jenisnya: hemp bamboo, birdy, litty, prefold, microfiber... Tapi pake handuk dipotong sesuai ukuran bisa, pake alas ompol bisa, yang penting mah nyereeep. Yang Ale pakai adalah microfiber (bawaan merk GG, Bumbee), litty (bawaan merk Pempem), prefold (bawaan Ecobum), dan alas ompol salur merk Renata dan Baby Oz. Mana yang paling bagus? Nggak merhatiin hahahahaha, toh harus diganti regularly tiap 4 jam, jadi paling beda dikit laaah. Katanya sih prefold yang daya serapnya menampung paling banyak, tapi karena tebal, jadi terlihat terlalu bulky dan saya nggak sreg.

Kiri: Urutan dari kiri (yang paling pendek) ke kanan adalah microfiber, alas ompol Renata, dan prefold Ecobum
Kanan: Closer look

Bahan cover
Ada yang berbahan Polyurethane Laminated (PUL) waterproof, minky seperti semi suede, ada juga yang katun/kanvas biasa. 

Bahan PUL (kiri) dan semi suede (kanan)

Fitur double leg gusset
yang berfungsi mencegah bocor samping. Kadang walaupun pake cover PUL, kalo emang takdirnya bocor mah, bisa aja tau-tau ngalir dari sela selangkangan-paha. Dibayangin aja dari foto dibawah ya tentang fungsi fitur ini:

Dari kiri ke kanan: Ecobum tipe celana, Bumbee tipe perekat, Ecobum tipe perekat. Hanya yang di tengah yang nggak punya double leg gusset, ituloh tambahan bahan berkerut-kerut di bagian tengah clodi, yang akan lebih 'nge-grep' paha (semoga bisa jelas divisualisasikan ahahaha)

4. Lebih baik pake yang model dan tipe apa ya?

Tergantung kebutuhan dan preferensi masing-masing banget sih ini. Kalo favorit saya, berdasarkan beberapa hal seperti: bahan PUL waterproof, bisa dipakai hingga 20 kg, tipe celana biar lebih long term daripada tipe perekat, model cover biar nggak sekali basah langsung harus masuk cucian kotor, ada double leg gusset, dan lokal untuk #supportlocalproduct (aeee), favorit saya adalah Ecobum Pull Up Pants! Bonus fiturnya adalah dia bisa dipake sebagai tipe Coveria maupun Pocket (bayangin dari fotonya aja yaa, di foto terakhir diatas).


5. Harus punya berapa clodi sih kalo mau nggak pake pospak sama sekali?

Tergantung keistiqamahan mencuci (dan atau support system yang mendukung, read: bantu mencuci), dan cuaca untuk pengeringan jemuran. Misalnya satu hari tiap 4 jam ganti 1 set clodi (beda kasus lagi kalo untuk newborn yang frekuensinya lebih sering yaa), berarti sehari 6 clodi. Asumsi sehari mencuci sekali, dan kering dalam sehari. Jadi, butuh 12 clodi. Eitsss, gak perlu terintimidasi dengan jumlahnya, asumsinya kan ganti set clodi, bisa aja hanya butuh lebih banyak insert daripada outernya (btw harga insert jauh lebih murah daripada outer). Saya dan Ale pun mulai dari 1 clodi. Terus ketagihan, dapet lungsuran, nyicil dikit-dikit beli lagi deh biar makin efektif. Yang penting #mulaiajadulu. Coba, terus rasain manfaatnya buat anak, kantong, dan populasi sampah. Niat baik mah akan ada jalannya lah yaa aamiin!

Saya sendiri juga belum full istiqamah tanpa pospak, masih prosesss. Ale masih pakai pospak kalo bepergian/ malem hari. Kecuali kalo ke Bekasi ke rumah Nena-nya.

Sedikit tips untuk ber-clodi saat bepergian:

1. Pakai tipe coveria, jadi tidak perlu bawa cover clodi banyak-banyak karena bisa ada kemungkinan hanya perlu ganti insert
2. Bawa wet bag untuk bawa pulang clodi bekas pakai.
3. Pakai diaper bag dengan ukuran agak besar yang bisa memuat semua baby basic needs ditambah perlengkapan ber-clodi

Bhaiqqqqq, semoga agak mencerahkan! Tolong dikoreksi kalo ternyata ada yang salah terminologi atau sotoy hahahaha, yuuuk sama-sama kurangi disposable diapers (and anything in single use)!

Thursday 25 October 2018

Trik Menyusun Wish List Kado Lahiran

Somehow, saya merasa kelahiran Ale kemaren banyak sekali rejekinya, alhamdulillah. Salah satunya adalah banyaknya kado kelahiran dari teman, keluarga, dan lingkaran pertemanan keluarga terdekat. Wajar dong ya lahiran dapet kado. B ajah, nggak ada yang spesial-spesial amat. Sampe ketika saatnya saya hamil dan banyak ngobrol sama teman-teman yang sudah melahirkan, terus kepikiran.

Beberapa pernyataan terkait kado kelahiran yang saya sering dengar adalah:

"Halah, nggak usah terlalu berharap sama kado, beli aja dulu yang sekiranya perlu" --- sekiranya perlu sebetulnya menyimpan makna yang sangat dalam loh, untuk tau yang sekiranya perlu ternyata nggak semudah itu.

"Nggak usah beli baju banyak-banyak, nanti juga dapet dari kado"--- dengan berbagai variasinya (kata-kata 'baju banyak-banyak' bisa diganti berbagai hal seperti toiletries, cooler bag, dsb sesuai pengalaman yang bersangkutan).

"Kado-kado lahiran anakku banyak yang akhirnya aku jadiin kado lagi buat orang lain"--- eh benjug yaaa

Laluuu saya jadi merasa per-kado-an ini lumayan tricky. Kebutuhan bayi baru lahir tuh banyak loh, butuh banyak uang dan ruang penyimpanan ekstra sendiri untuk barang-barangnya, ditambah kalo rencananya buat dikadokan lagi ke orang yang belum tau kapan. Apa nggak bisa ya ngarepin kado yang efektif pasti kepake jadi ngurangin pengeluaran dan ruang penyimpanan? Bisyaaaa! Ahaha sudah saya buktikan. Memang akhirnya tetap nggak semua kado kelahiran Ale betul-betul terpakai sendiri sih, tapi alhamdulillah mostly efektif sesuai kebutuhan.

Gimana caranya? Berikut beberapa hal yang saya lakukan:

1. Susun wish list

Sebelum melahirkan, tentu saja di 2 bulan terakhir saya sudah berkutat dengan newborn shopping list. Nanya sana sini tentang kebutuhan barang ini itu, mengklasifikasikan tingkat prioritas pembelian barang, hunting promo dan diskon, baca review berbagai produk untuk memastikan merk mana yang sesuai kebutuhan dan budget, endebrai endebrai. Ampe bikin excel nya. Termasuk dengan harga barang di suatu baby shop ternama sebagai acuan. Ribet amat? Yes, karena saya bertekad untuk tidak terjebak dengan euforia newborn shopping seperti banyak teman saya ceritakan. Kebanyakan beli ini itu padahal nggak butuh, beli ini itu yang kurang pas dengan kebutuhan, kurang beli ini itu yang ternyata butuh di awal kelahiran dsb. Jadi baiklah saya memutuskan untuk ribet sedikit di awal biar less money spent and less waste. Apalagi saya anaknya gampang kemakan promo gitu... Heu. Jadi punya shopping list is a must buat jadi pegangan.

Dari excel itu, saya mulai mencicil membeli barang yang diperlukan sesuai prioritasnya. Sisanya saya susun dalam sebuah wish list. Wish list ini harus jelas sih, kalo emang belum tau mau merk apa, paling nggak sudah ada ancer-ancer harganya.

2. Memperkirakan target potensial untuk ngasih kado dengan budget tertentu

Saya listing lingkaran pertemanan saya yang pasti ngasih kado. Geng SMA, geng kuliah, geng kantor, .... ahaha maapin istilahnya geng abis apa dooong. Selain itu keluarga terdekat yang potensial juga saya listing. Lalu perkirakan budgetnya. Misalnya, geng SMA. Sebelum saya melahirkan, saya pernah patungan kado lahiran untuk temang segeng, dari situ saya bisa kira-kira budget dari geng itu sekian, lalu cocokkan dengan wish list yang telah dibuat. Jadi pas ditanya mau kado apa sama orang-orang terdekat, saya sudah punya opsi sesuai kebutuhan, di geng ini minta ini, ke tante ini minta itu, ke orang perseorangan yang tak terduga nanya akan minta itu... yeay! Yahilah celamitan amat? Loh kan saya cuma jawab pertanyaan mau kado apa? Walopun kalo nggak ditanya, ya saya kode-kode juga sih ke yang bersangkutan ahahaha

3. Atur strategi timing

Misalnya, kapan butuh sterilizer dan breast pump? Nanti sih, kalo Ale sudah mulai belajar minum ASIP. Kalo emang ada kejadian tidak diinginkan mengharuskan Ale belajar minum ASIP dari awal lahir, masih bisa diantisipasi lah ya dengan pinjam breast pump ke RS dan sterilisasi rebus pake kompor. Walaupun tetep lebih cepat lebih baik sih ya punya kedua barang itu. Cocok nih request ke geng yang by record gercep terkait jenguk dan beli kado. (Turns out, sterilizer dan breast pump yang saya request ke teman-teman nyampe tepat di hari ketika Ale malamnya harus nginep di RS karena hyperbilirubin, so lucky :') makasih gengs)

Misalnya lagi, kapan butuh gendongan hipseat? Nanti lah, kalo Ale dah bisa duduk itu mah. Jadi bisa lah ya request ini ke si tante yang baru berencana menjenguk Ale bulan depan.

Semacam itu lah maksud saya tentang strategi timing.

Yasss, tiga hal itu aja sih yang saya lakukan dan rasakan sendiri manfaatnya. Tapiii, bikin excel nggak perlu-perlu amat kok, nggak punya banyak lingkaran pertemanan atau keluarga yang potensial ngado juga nggak masalah, inti dari cerita saya sebetulnyaaaaaa paling penting adalah  

siap dengan jawaban untuk pertanyaan "Mau dikadoin apa?" 

Kalo lagi ulang tahun terus ada yang nanya itu mah, yaudalaya jawab "apa aja boleh" juga kayaknya nggak akan berdampak banyak pada hidup. Karena kado ulang tahun biasanya sifatnya berdasarkan keinginan kan, bukan kebutuhan. Sementara, sekali lagi, kebutuhan bayi baru lahir tuh banyak loh. Sebanyak itu. Baru ngeh setelah tiba saatnya belanja wahaha. Kalo menganggap pertanyaan itu fomalitas aja dan kita jawab formalitas juga dengan "apa aja", ya harus legowo kalo ternyata kadonya sama dengan kado lainnya atau tidak sesuai dengan yang kita butuhkan.

Btw, bukan maksudnya nggak bersyukur dengan apa yang dikadoin di luar wish list yaa, suwer saya senaaaang sekali dapat banyak kado! Feeling special gitu loh heu, apalagi love language kedua saya emang receiving gift :) Belum lagi banyak juga kado yang emang nggak kepikiran, tau-tau malah butuh, atau ternyata yang dari wish list kita malah nggak sesuai ekspektasi ahaha. Gitu deh. Alhamdulillah! Semoga Allah membalas kebaikan semua yang perhatian dan ngasih kado kelahiran untuk saya dan Ale yaa, aamiin!




Monday 24 September 2018

#BaladaFusiRendySah 1-5

Dalam rangka pengen ajah, saya mau mendokumentasikan beberapa percakapan Fusi dan Rendy Wkwk niatnya pengen nulis intro yang menggugah atau paling nggak sedikit ada romantismenya tapi kok ya nggak kepikiran. Yoweslah, intinya mah buat kenang-kenangan wae.

*1*
R: Leon sama Dara kenapa sih?
F: Takut ketauan sama Bu Rani karena bantuin Laras
R: Si Sandra orangtuanya kemana? Kok ga pernah keliatan?
F: Iya kan di Amerika, dia sendiri pulang ke Indonesia

Ada yang paham maksud percakapan di atas? Kalo iya selamat! Berarti tontonan sinetron kita sama hahahaha

*2*
(lagi ngebahas Harry Potter 6. Fyi, saya baca Harry Potter dari kelas 3 SD, sementara Rendy hanya nonton filmnya pas kuliah)

R: Hoo emang Dumbledore nya beneran mati?
F: Iya, kan dibunuh Snape
R: Bukannya lanjutannya dia pindah ke dunianya Lord of The Ring itu?
F: Ha?
R: Iya kan dia jadi penyihir baik yang bantuin Frodo
F: ...

Tolong, suamiku nggak bisa bedain Gandalf dan Dumbledore......

*3*
(abis dengerin lagunya Yura Yunita dan Reza Rahadian)

F: Ale, nanti ibu besanan ama Reza Rahadian aja deh nggak jadi sama Rio Dewanto nggak papa
R: iya iya betul, aku lebih setuju besanan ama Reza Rahadian
F: Tapi om Reza nya belum menikah Le...
R: Nggak papa nggak papa, kan cowok emang biasanya lebih tua
Ale: ... (bengang bengong)

*4*
R: Kasian deh kemaren aku liat ondel-ondel sendirian keliling sambil dorong speaker musik
F: Wah kasiannya... Biasanya kan ada temennya ya yang bagian ngumpulin duit. Kasian kalo sendirian mau pipis lepas ondel-ondelnya gimana ya
R: Ih bisa tau lepas ondel-ondel sendiri, tinggal diangkat dari dalem
F: Masaaa? Sotoy
R: Betulan bisa, aku liat di FTV kemaren. Cinta Ondel-ondel apa apa gitu ya judulnya

#proudwife

*5*
(lagi nonton Meteor Garden di mobil di perjalanan ke kantor)
F: Ih aku paling nggak suka deh sama fashionnya Mei Zuo di antara F4
R: Aku juga, dari Meteor Garden yang dulu aku paling nggak suka sama gayanya Mei Zuo
F: Lah emang kamu tau yang mana?
R: Tau yang suka pake lekbong itu kan. Yang nama aslinya Vannes Wu itu kan?
F: Kamu hafaaaal?

#proudwife

Nggak penting tapi biarin aja ah, yomareeee ahaha

Working Breastfeeding Mom Cheat A la Fusi

Ale 4,5 bulan! Berarti kira-kira sudah 2 bulan saya jadi working mom. Seperti cerita sebelumnya, saya mau cerita beberapa hal yang secara sengaja tidak sengaja saya lakukan/alami dan somehow bermanfaat. Paling nggak bermanfaat buat saya, sebagai ibu pekerja.

1. Saat yang tepat untuk sewa/ beli freezer khusus ASI

Dari riset pribadi saya tentang ini (baca review dan tanya-tanya teman), ternyata belum tentu freezer khusus ASI akan terpakai (maksimal). Beberapa kemungkinannya adalah:
  • Bayi nggak suka minum ASIP beku, jadi bisa ada kemungkinan tidak perlu ngoyo menabung stok ASIP beku banyak-banyak
  • Belum tentu stok ASIP melimpah (sorry not sorry to say)
 Jadi untuk tau kapan harus pakai freezer khusus ASI bisa dicoba beberapa hal berikut:
  •  Penuhi dulu freezer kulkas yang sudah ada. Apalagi awal-awal Ale lahir saya masih agak malas-malasan pumping, jadi di bulan pertama saya memang belum butuh freezer khusus.
  • Coba minumkan ASIP beku yang sudah >2 minggu ke bayinya, kalo mau alhamdulillah, bisa lanjut nabung ASIP dan ketika freezer penuh, baru pertimbangkan sewa/beli freezer tambahan. Kalo bayi nggak mau? Masih ada waktu untuk atur strategi lain untuk pemberian ASI.
  • ASIP nggak melimpah? Memang nggak perlu melimpah, yang penting cukup :) Namanya juga kan menabung, semampunya aja. Lama-lama juga banyak, apalagi kalo rajin pumping. Again, ketika freezer kulkas biasa penuh, baru coba  pertimbangkan sewa/beli freezer khusus ASIP.

"Ribet amat, langsung ajalah sewa freezer cobain aja sebulan, atau beli aja sekalian, kalo nggak kepake tinggal di preloved." - Saya sempet kepikiran ini, tapi sekarang sudah terjawab: sewa freezer itu minimal 3 bulan, ditambah ada uang jaminan dan transport bolak balik. Baik sewa maupun beli, juga harus dipikirkan tentang space-nya di rumah, dan kalo udah langsung dicolok saat baru banget mulai nyetok ASIP, sayang nggak sih listriknya... Yomare dukung #aksihematenergi (program KESDM nih ahahah)

2. Informasi tentang prosedur penyimpanan dan pencairan ASIP untuk pengasuh

ASI Perah aka ASIP bukanlah hal yang awam untuk banyak orang, jadi penting banget untuk memberi informasi sejelas-jelasnya tentang ASIP kepada (siapapun) yang mengasuh Ale. Yang paling penting adalah tentang daya tahan ASIP pada suhu tertentu, dan cara mencairkan dan menghangatkan ASIP. Saya menempelkan poster tentang kedua hal tersebut di pintu kulkas, jadi gampang dilihat. Posternya saya dapat dari buku "Multitasking Breastfeeding Mama" (saya pernah mereview loh: Pregnancy and Parenting Books Review), tapi sudah banyak kok tabel/infografis tentang ini di internet, bisa diprint sendiri. Jangan lupa untuk cari sumber yang terpercaya ya!

Untuk pentingnya mematuhi dan mengikuti informasi di poster tersebut, saya juga sering cerita secara lisan ke keluarga/pengasuh yang sehari-hari bareng Ale, tentang fakta-fakta ilmiah tentang ASIP atau cerita pengalaman orang lain tentang akibat keteledoran pemberian ASIP. Menurut saya ini penting, biar banyak hal sederhana tentang ASIP kayak misalnya ASIP yang ga boleh dikocok kenceng di botol, dsb, lebih di take seriously.

3. Persediaan ASI harian yang sudah ditakar

Dalam rangka nggak mau (lebih) merepotkan yang mengasuh (seringnya sih Eyangnya) Ale, saya sudah mempersiapkan botol-botol kaca berisi ASIP sesuai takaran Ale sekali minum, sebelum berangkat ngantor. Termasuk ASIP beku yang sudah dicairkan dari plastik ASIP, saya pindahkan ke botol kaca dengan volume sesuai takaran. Biasanya 8-10 botol perhari. Jadi Eyang nggak perlu ribet ngurusin kapan harus nurunin dari freezer, buka plastik, dan menakar-nakar. Tinggal comot dan taro bottle warmer, yeay!

Yang paling kanan belum dipindah ke botol kaca, harusnya untuk 2 kali minum. 
Btw gimana sih caranya fotoin isi kulkas biar tjakeph?


4. Stok kantong ASI warna warni

Sebenernya ini nggak sengaja, karena saya suka beli kantong ASI pas promo dengan berbagai merk, jadilah saya punya banyak kantong ASI warna-warni (Baca: Review Kantong Plastik ASI). Turns out ini sangat membantu saat stock opname ASIP di freezer kulkas 2 pintu di rumah. Karena saya menggunakan 1 merk kantong ASI dulu sampe habis 1 kotak sebelum menggunakan merk lainnya, jadi stok di freezer lebih mudah diidentifikasi usianya. Semacam oh kantong ASIP biru usianya lebih lama daripada ASIP di kantong pink, jadi dipindahin deh biar keliatan untuk dikonsumsi duluan, dsb.

5. Tuas manual to the rescue

Sebelum melahirkan saya berpikir kalo breast pump yang nanti saya pakai harus elektrik. Biar bisa sambil ngapa-ngapain dan nggak pegel. Turns out, tuas manual jadi andalan! Ketika 1 bagian  breast pump elektrik nggak kebawa, ketika mati lampu di kantor, ketika harus pumping di jalan, ketika harus pumping buru-buru dengan durasi singkat, tuas manual penyelamatku!
Btw  breast pump elektrik saya memang punya additional tuas manual yg kompatibel, jadi saya tidak perlu punya 2 jenis breast pump sekaligus.

6. Memaksimalkan penggunaan plastik ASI 

Teman-teman terdekat mungkin tau ya kebiasaan ala-ala saya yang suka berusaha untuk hidup lebih ecofriendly. Tapi kok masih pake kantong plastik untuk nyimpen ASIP? Karena eh karenaaa, saya masih memaksimalkan penggunaan freezer kulkas 2 pintu dengan space penyimpanan terbatas (jadi mengurangi penambahan listrik untuk freezer khusus), dan karena opsi lain untuk penyimpanan ASI seperti botol kaca pun sebetulnya tidak se-ecofriendly itu (yang tertarik topik ini baca informasinya di instagram @sustaination, banyak sekali info menarik lainnya tentang sustain living). Intinya menurut saya memanfaatkan dengan maksimal produk apapun yang kita pakai bahkan yang dari plastik sekalipun, adalah salah satu bentuk usaha untuk hidup ecofriendly.

Jadi, kalo pake plastik ASI ukuran 100 ml, ya diisi penuh 100 ml. Kalo ASI yang mau disimpan kurang dari itu, saya tabung dulu di botol lain. Hasil pumping selanjutnya setelah suhunya disamakan, bisa digabung untuk mencapai 100 ml. Ini juga memudahkan untuk menghitung jumlah volume stok ASIP di freezer, tinggal hitung jumlah plastiknya dikali volume per kantong. Berguna banget ketika saya bersiap ninggalin Ale untuk pergi dinas dengan kebutuhan stok ASI tertentu. Recently saya menggunakan kantong ASI ukuran 240 ml, semoga lebih plastic-less, aamiin. Oiya, saya menggunakan kantong plastik ASI hanya untuk ASIP yang memang akan dibekukan sebagai stok, alias surplus hasil pumping. ASI fresh untuk diminum keesokan hari, dari awal penyimpanannya saya simpan di botol kaca.


Yeay, sekian! Kalo ada hal lain yang saya lakukan/alami dan ternyata bisa jadi life hack untuk ibu pekerja mungkin akan saya tambahkan lagi :) semoga bermanfaat!

Saturday 25 August 2018

Review Kantong Plastik ASI

Awalnya, kriteria saya membeli kantong plastik ASI simply adalah............ harga. Wkwk, tipikal buibuk. Toh yang penting plastiknya steril dan memang diperuntukkan untuk ASI kan, jadi kalo ada promo kantong ASI murce ya shikat aja, apapun merknya. Setelah mencoba beberapa merk, kriteria pembelian kantong ASI saya pun berubah. Ternyata ada aja fitur kantong ASI yang emang bikin berasa lebih nyaman dalam penggunaannya.

---Disclaimer: Review ini betul-betul subjektif sesuai preferensi saya, dan tanpa endorsement (sambil ngarep di endorse beneran)---

Beberapa hal tersebut antara lain adalah:

1. Ketebalan plastik; makin tipis plastiknya makin fragile dong ya, jadi kalo pas lagi beku terus jatoh, bisa ada kemungkinan bocor, dan plastik robek baru akan ketauan kalo ASI nya cair.

2. Glossy/doff-nya plastik; saya lebih suka nulis keterangan ASIP (saya pake snowman whiteboard marker permanen) di plastik yang doff. Tapi saya ngerasa ASIP beku dalam plastik yg glossy lebih sulit diatur di freezer karena licin (btw ini saya gatau istilahnya bener glossy sama doff ga ya hahaha pokoknya maksudnya itu).

3. Ziplock; ada yang single dan double. Double ziplock harusnya lebih aman lah yaa, walopun jadi ada resiko lebih banyak yang nyangkut di ziplocknya pas menuang ASI

4. Easy pouring system; semacam sobekan yang disediakan untuk menuang ASI, jadi ASI dituang tanpa melewati ziplock dan nggak akan bersisa nyangkut di ziplock

Momo (kiri) dan Natural Moms (kanan), easy pouring system ditunjukkan lingkaran merah

5. Transparansi plastik; beberapa plastik ASI full berwarna dan bagian yang transparan untuk ngeliat isinya cuma sedikit. Saya merasa plastik yang begitu bikin kita susah ngecek kondisi ASI yang sudah dicairkan.

Malish (kiri) VS Gabag (kanan), tampak depan (atas) dan tampak belakang (bawah)

 6. Bukaan segel plastik; beberapa plastik hanya menyediakan gambar garis putus-putus/space untuk dirobek/ digunting untuk membuka plastik. Saya lebih suka yang garis putus-putusnya bukan cuma gambar jadi bisa dirobek pake tangan dan hasil robekan plastiknya lebih rapi dan presisi tanpa mepet-mepet ke ziplock. Bisa sih pake gunting, tapi harus yakin dulu guntingnya sudah steril, atau paling nggak nggak abis buat buka bumbu indomie lah yaa

Unimom (kiri) bukaannya lurus rapi, Bagbit (kanan) berantakan bikin gemes

7. Space penulisan keterangan ASI; kantong ASI yang pertama kali saya pakai tidak mencantumkan Volume ASI. Turns out penulisan volume ini cukup penting untuk mempermudah penakaran ASI nantinya. Iya sih bisa ditulis tanpa space khusus, tapi karena ga ada space nya itu jadi ga kepikiran dari awal huhuhu


Mamabear (kiri) ada space untuk Volume, Malish (kanan) nggak ada untuk Volumenya

8. Desain; penting nggak penting hahaha karena saya anaknya visual, jadi asa gengges gitu kalo gambar plastiknya sekedar-sekedar

Nah, beberapa merk yang sudah saya coba adalah: Gabag, Bagbit, Momo, Malish, Unimom, Natural Moms, dan Mamabear.

Berbagai Kantong ASI yang pernah saya coba

Jadi, mana yang paling bagus Fus? Nah ini agak sulit. Bingung sendiri masa ahahaha. Berdasarkan fitur yang saya tuliskan di atas, saya coba rangkum dalam angka pakai tabel kali yaa. Nilainya 1-3 dengan 1 sebagai angka terendah. Sekali lagi, subjektif banget yaa ini:


Kalo dari nilainya sih berarti yang menurut saya oke Natural Moms yaa, sayangnya Natural Moms (yang saya temukan) hanya ada untuk kapasitas 100 ml.

Beberapa highlight feature dari masing-masing merk:

# Gabag 100 ml
Paling gampang didapat, full transparan.

# Bagbit 120 ml
Warnanya putih dan doff, kusuka tapi nyaru sama ASI jadi tuk ngintip kondisi ASI nya lebih sulit. Bukaan segel plastiknya bikin ga rapi pas nyobek, ngeliatnya jadi geregetan.

# Momo 100 ml
 Satu-satunya yang bagian depannya berwarna tapi transparan.

# Malish 100 ml
Desainnya lucu-lucuu, tapi licin banget. Pas mau ngerapiin stok ASIP di freezer dengan posisi plastiknya tiduran jadi gampang jatoh, huhu. Sayang juga, bagian transparan cuma sedikit jadi susah untuk ngecek kondisi ASI.

# Unimom 100 ml
Full transparan, desain minimalis kusuka! Betul-betul pas untuk 100 ml, nggak bisa lewat-lewat dikit. Glossy tapi lebih mudah diatur di freezer dibanding Malish.

# Natural Moms 100 ml
Satu-satunya yang punya thermal indicator, untuk tau suhu yang pas untuk diminumkan ke bayi. Desainnya lucu-lucu. Easy pouring system nya ada di bawah dekat fitur self-standing, jadi lebih sulit untuk dirobek. Setelah berhasil merobeknya, pas dituang malah tumpah-tumpah huhuhuhu apa sayanya aja ya yang kurang pro...

# Mamabear 200 ml
Satu-satunya yang ada space untuk kasih message buat baby. Tapi saya kurang sreg dengan space keterangan ASI yang terlalu lebar di atas ziplock, rasanya jadi kurang steril pas masukin ASI.

Sebetulnya masih ada beberapa fitur yang belum saya cantumkan di atas, misalnya:

- Aman untuk dihangatkan; beberapa plastik ASI disarankan untuk  menuang ASInya ke botol dulu baru dihangatkan, jadi lemak-lemak ASI yang belum tercampur akan banyak bersisa di plastik. Kalo plastik ASInya aman untuk dihangatkan, setelah hangat lemak ASI akan lebih mudah bercampur sehingga hanya sedikit yang akan tertinggal di plastik. Yang pasti aman untuk dihangatkan adalah Natural Moms yang punya thermal indicator, yang lainnya ada di keterangan penggunaan di masing-masing box, tapi saya nggak inget karena kemaren-kemaren belum kepikiran tentang fitur ini heu. Merk lain yang punya thermal indicator (tapi saya belum coba): Spectra dan BKA.

- Self standing; semua kantong ASI biasanya memang ada fitur ini, tujuannya biar kalo dituang bisa lebih mudah karena bisa ditaro berdiri di meja kali yaa. Tapi saya baru ngeh belakangan ini kalo fitur ini pun berbeda di setiap merk. Ketika menuang ASI ke dalam kantong ASI Mamabear, begitu sejumlah ASI masuk, self standingnya langsung terbuka lebar otomatis, sementara kalo pake kantong ASI Gabag, seringnya self standing harus dibuka manual ketika sudah ada sejumlah ASI masuk, dan membukanya nggak bisa nunggu kantongnya full capacity (100 ml), jadi di tengah jalan masukin ASI harus berhenti dulu untuk membuka self standing-nya, baru lanjut menuang ASI kedalamnya. Karena baru baru-baru ini aja saya ngeh dengan perbedaan ini, saya jadi nggak inget dengan fitur ini pada merk lainnya gimana heu

- Bisa jadi  tipis dan rata ketika disimpan dalam posisi horizontal; kalo tipis otomatis bisa lebih hemat space dong ya untuk penyimpanannya, tapi somehow semua kantong ASI yang pernah saya coba ga bisa tipis-tipis banget, pasti lebih tebal di bagian self-standing nya. Yang pernah saya lihat di review / foto freezer orang lain, merk lain yang bisa tipis: Natur dan Dr Browns

- Kompatibel dengan peralatan tempur ASI lainnya; seperti Gabag yang kompatibel dengan breastpump nya, dan Tommee Tippee yang kompatibel dengan breastpump dan dot berbagai merk.

Yak sekian! Btw, merk-merk yang pernah saya coba ini adalah kantong ASI ekonomis yaa maklum belinya kan kalo ada promo ahahaha. Kalo nanti ada merk lain yang saya coba lagi, mungkin akan saya tambahkan disini. Semoga bermanfaat!

Monday 6 August 2018

Menjadi Cewek Kurus

Beberapa waktu lalu saya baca cerita teman tentang ketidakpercayaan diri, terutama karena bentuk tubuhnya yang relatif besar. Terus kepikiran. Saya kan kurus, tapi terus sering nggak pede juga tuh ama badan begini. Wah, padahal saya mau gemuk aja sulit, eh tau-tau (kayaknya lebih) banyak yang mau kurus. Memang ya manusia.

Dibalik "Wah abis lahiran dah langsing aja, enak banget sih",  percayalah nggak semuanya seindah itu. Saya ceritakan beberapa ke-makan-ati-an jadi cewek kurus yang pernah saya alami yah:

1. "Anaknya dokter, kok kurus banget? Nggak dikasih makan ibunya?", kata banyak orang waktu saya SD. Padahal dengan pola makan dan menu makan yang sama (umur beda setahun), adik saya sering dikira kakak saya karena badannya yang gemuk dan nampak sehat. Orang-orang nggak tau aje dari segala Anak Sehat ampe vitamin ini itu udah dicoba, heu

2. Pas beli celana, kalo dah ketemu yang ukurannya pas tau-tau ngatung. Giliran panjangnya pas, eh kedodoran. Giliran ukuran pas, panjang pas, eh mahal. Lah, hahaha

3.  "Kok makannya dikit? Diet ya? Ngapain lagi sih diet-diet, jaga badan amat", diet diet palelu bejendut. Saya makan sedikit kalo lagi nongkrong bareng teman-teman itu kemungkinannya kalo emang nggak doyan sama makanannya, ya emang lagi irit aja ahahaha. Tapi serius deh, orang kurus dituduh diet tuh bikin kzl ngets, wong cita-citanya naikin berat badan, heu

4. "Mbak tolong kasih duduknya buat ibu hamil ya", kata mas petugas nyuruh berdiri dari kursi prioritas KRL, padahal kan saya kan juga hamil maassssss huhuhu ingin rasanya ku berteriak

5. "Oh mbak lagi hamil, ih lucu ya kayak busung lapar, yang gede perutnya doang", kata mbak-mbak CS di bank, dan beberapa orang lainnya. Padahal berat Ale di perut normal-normal aja. Tapi waktu sekalinya berat janin Ale sempet kurang dari seharusnya, pas dikomen begitu malah jadi tambah sedih. Apa Ale kurang asupan? Apa aku sudah gagal jadi ibu yang baik?

6. "Loh kok kurus banget sih? Makan ih kasian anakmu ASInya gimana", padahal saya sudah makan banyak dan alhamdulillah Ale pertumbuhannya sesuai KMS.

See? Dibalik keuntungan seperti volume badan yang minimalis jadi lebih gampang masuk KRL, dan ukuran baju yang awet segitu-segitu aja dari jaman SMA ampe setelah melahirkan ga berubah, percayalah gaes, hidup orang kurus sama aja dengan bentuk tubuh lainnya; akan selalu ada yang ngomentarin which is nggak selalu menyenangkan. Tapiiiiii itu hanya berasa jika dan hanya jika selalu dibaperin dan kurang bersyukur sih :)

Duile sok wise lu Fus, hahaha.Tapi betulaaaan, ini reminder buat saya sendiri juga. Daripada makan ati berujung baper, mending take all those comments as compliments. Kalo ada yang komen semacam itu, jawab aja dengan alhamdulillah sambil nyengar-nyengir. Sengaruh itu loh efeknya ke pikiran saya.

Yang tadinya cemas "Duh ini gue kurus banget Ale di perut kurang gizi nggak ya", "Duh ASI gue cukup ga sih ini buat Ale", dsb dsb, jadinya berubah dengan "Walah alhamdulillah kesedot semua nih nutrisinya ke Ale, berarti mesti nambah asupan lagi", "Alhamdulillah jadi gampang balik ke badan jaman gadis nih", dsb dsb. Bukan berarti ga boleh cemas, tapi yaa jangan ampe cemas yang berlebihan ga solutif dong yaa. Apalagi saya tipe yang sering over thinking gitu yang kalo cemas merembet kemana-mana, padahal bumil dan busui (dan semua orang di dunia ini sih) jangan ampe over stress kan?

Intinyaaaa, kurus kek, gemuk kek, mo gimana kek, yang berkomentar dan bikin baper mah akan selalu ada. Dan kebaperan dan ketidakmenyenangkan itu bisa diatasi loh dengan selalu bersyukur :)

Nggak ngaruh juga? Ingatlah, Raisa yang sebegitu flawless nya aja masih ada yang ngomentarin lobang idungnya gede kok #truestory hahaha, yuk ah kurangin baper!

Thursday 26 July 2018

Perubahan Positif Setelah Jadi Ibu

Yeay hari ini Ale 81 hari! Ku sudah resmi jadi buibuk untuk 81 hari!

Ada yang berubah Fus? Ya banyhaaak dong yaaaah. Beberapa hal positif yang bisa saya ceritakan antara lain:

1. Lebih kuat secara fisik

Belum kek Agung Hercules gitu sih, tapi berasa loh ini. Beberapa hari setelah Ale lahir, saya merasa pegel banget di tangan kanan kiri. Terus bingung, ini lengan kenapa yak? Setelah diingat-ingat, gimana ga pegel kalo sebagian besar waktunya dipake untuk gendong bayi buat nyusu? Ckck ternyata diri ini selemah itu ya hahaha. Lama-lama, pegelnya hilang. Sampe sekarang Ale sudah 6 kg lebih, juga ga pernah pegel lagi. Yeay berarti (mungkin) ibuk ini sudah makin kuat! Iyain aja yah, sugesti positif biar happy :) Terus sekarang, saya sudah ngantor kembali, dan layaknya buibuk jaman now, bolak balik bawa cooler bag untuk ASIP. Terus berasa pegel dooong ini bahu ahahaha, padahal cuma bawa cooler bag dengan 2 ice gel dan beberapa ratus ml ASIP di KRL. Padahal dulu jaman tugas akhir kerjaannya jalan berkilo-kilometer pake ransel isi batu sampel (ga juga deng kan ada porter hahaha). Tapi tak apa, pasti nanti akan terbiasa, kayak lengan tuk menggendong ini :)

Oiya, juga untuk jam tidur. Jaman kuliah kemampuan begadang di atas rata-rata. Abis itu menurun. Eh setelah melahirkan, kok kemampuan itu tiba-tiba menghilang? Bawaannya ngantuuk aja. Ya karena capek juga kali ya. Tapi seiring berjalannya waktu, sekarang saya sudah beradaptasi dengan jam tidur yang kurang dan kurang teratur. Walaupun memang harus diimbangi asupan bergizi dan olahraga cukup yah, tapi yass, beradaptasi adalah koentji!

2. Lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi

Kepengeeen banget makan cireng di abang gorengan depan Stasiun Kebayoran. Pas kemaren mau beli, taunya cirengnya baru digoreng, adonannya dibuletin dan diremas langsung pake tangan abangnya, yang juga bertindak sebagai kasir. Hemm, baiklah bhay. Dulu sih bodo amat, kalo sekarang yang dipikirkan adalah waduh nanti ASI nya gimana ya? Apa gapapa tuh buat Ale? Ya mungkin nggak sengaruh itu ke ASI, tapi intinya sekarang mikir-mikir lagi kalo mau jajan, berfaedah ga tuh makanan buat nutrisi ASI saya?

3. Lebih respek dan husnudzan pada semua orang tua (dan semua hal lain) di dunia ini

Dulu dalam hati suka tau-tau komentar/ labelling anak teman atau anak saudara 'kok anaknya kurus banget dibiarin aja sih', 'kok ga usaha lebih buat produksi ASI sih, gampang amat ngasih sufor', dsb dsb. Tapi dalam hati loh ya, kebetulan saya anaknya nggak enakan.

Sekarang? Setelah baca banyak cerita tentang jadi orangtua, beberapa teori parenting, dan merasakan sendiri jadi orang tua, komentar dalam hati saya berubah jadi 'wah anaknya kurus tapi asal beratnya sesuai grafik KMS dan nggak sakit-sakitan, berarti aman yah. Kasian orangtuanya susah payah berusaha ngasih makan anaknya tapi anaknya nggak doyan makan', 'wah alhamdulillah saya nggak perlu usaha sekeras itu untuk produksi ASI yang cukup, hebat perjuangan ibunya pasti berat juga tuh akhirnya ngasih anaknya sufor'.

Yass, perubahan sudut pandang dalam mengomentari anak orang lain. Kita nggak tau kan sesulit apa kehidupan sehari-hari yang dialami para anak dan orangtua dibalik secuil hal yang kita lihat dan komentari? Dan somehow perubahan sudut pandang ini jadi kebiasaan, bukan cuma tentang mengkomentari anak orang lain, tapi juga dalam semua hal yang tercetuskan dalam hati, alhamdulillah jadi bisa lebih ber-husnudzan :)

4. Mengurangi bacaan (dan segala hal lain) yang kurang berfaedah

seperti membaca akun-akun perlambean, hahaha. Katanya, anak adalah peniru ulung. Jelas saya nggak mau Ale nanti jadi suka baca akun perlambean atau hal-hal yang penuh kenyinyiran lainnya.  Saya ingin Ale tumbuh bahagia dan membahagiakan orang lain dengan banyak energi positif. Jadi, salah satu usahanya adalah membiasakan hidup bersyukur dan bahagia, dan menghindari hal-hal negatif, dimulai dari hal kecil di keseharian saya. Jadi kalo lagi nunggu kereta atau di kereta lagi bengong mending baca buku daripada buka explore instagram yang berujung ke akun-akun kurang berfaedah (salah sendiri kalo explore nya isinya kek gitu muahaha).

Yak, sekian perubahan positif dari segitu banyaknya hal positif yang saya rasakan sejak Ale lahir, semoga energi positifnya bisa tertular! :)

Monday 2 July 2018

6 Hal Yang Terlewat Saat Riset tentang Menjadi Ibu Baru

Waktu hamil, saya cukup sering kepo banyak hal tentang kehamilan, kelahiran, dan cerita orang tentang menjadi ibu baru. Hal sereceh 'ibu hamil makan mi aceh', dan 'bayi ngulet' aja saya browsing hahaha.

Deket-deket HPL, saya jadi makin rajin cari info tentang jadi ibu baru. Newborn shopping list saya compile dari beberapa sumber dan saya kulik satu persatu, dari fungsi, jumlah kebutuhan, sampe buat excel perbandingan harga di beberapa toko. Search blog tentang pengalaman jadi ibu baru, ikut seminar menyusui, beli buku tentang pengasuhan bayi, dan sebagainya sampe ngerasa 'keknya aman nih gue, bekal pengetahuan ibu barunya keknya cukup nih'.

Tapi jeng jeng jeng, (pastinya) ada aja hal-hal yang saya ngerasa 'lah kok gini, kok ga ada yg ngasitau gue sih, kok ga pernah ada yang cerita gini di blognya sih' dsb dsb.

Apa aja tuh fus?

1. Pentingnya BRA MENYUSUI

Ekspektasi: Menyusui di rumah ga usahlah pake bra, bablas ae hahaha, jadi cuma sedia 3 bra menyusui buat pergi-pergi cukup lah yaa. Kalo darurat keknya bisa pake bra lama biasa.

Realita: Awal-awal menyusui kan rasanya agak nyeri, dan kalo ga pake bra, makin nyeri karena bergesekan terus sama baju, kalo ASI ngerembes, bajunya jadi basah. Udah gitu kalo nggak disusui, saat payudara penuh, rasanya berat gitu... Bra menyusui 3 biji jadinya kejar tayang cuci kering pake. Belum kalo ASI nya ngerembes atau Ale beleberan menyusunya jadi bra nya basah. Kalo dibiarkan aromanya nggak enak dan beresiko bikin jamuran, heu. Pake bra biasa? Ribet. Lagian, emang masih muat? :p

2. Teknologi bernama BREAST PAD

Ekspektasi: Breast pad butuhnya pas masuk kerja aja, mengingat teman kantor pernah punya 'pulau' di bagian dada baju kantor karena rembesan ASI.

Realita: Breast pad bisa membantu mengurangi cucian kotor! Saat menyusui di salah satu payudara dan payudara lain jadi mengeluarkan ASI juga, atau ketika payudara sudah terlalu penuh tapi belum bisa disusui, breast pad akan menahan rembesannya tembus ke bra. Jadi tinggal ganti breast pad instead of ganti bra. Saya pakai yang washable, jadi walopun ada tambahan cucian breast pad (yailah seuprit doang), tapi ngurangin cucian bra, dan otomatis ngurangin cucian baju basah karena rembesan ASI, worthy!

Solusi lainnya bisa pake milk saver untuk pengganti breast pad sehari-hari (tapi mahal ku tak shanggup), atau silicone breast pump (yang nggak perlu dipegangin) untuk menampung ASI yang keluar dari payudara sebelah ketika sedang menyusui.

3. Penggunaan SAPUTANGAN/SLABER

Ekspektasi: Sedia saputangan untuk jaga-jaga aja, karena ada di newborn shopping list, bukan kebutuhan primer. Paling kepakenya nanti pas dah MPASI. Bayi bisa belepotan apa sih?

Realita: Saputangan/ Slaber berguna banget saat menyusui! Untuk ngelap ASI yang beleberan ke pipi Ale, mencegah tetesan ASI ngebasahin baju Ale, yang otomatis ngurangin cucian baju, yeay! Sempat pake tisu kering untuk ngelap mulut Ale, tapi sering ada serpihan tisu tertinggal di sekitar pipi/mulut, rawan banget tertelan :(

4. Penggunaan ALAS OMPOL sebagai dalaman POPOK TALI

Ekspektasi: Bayi baru lahir kan sebaiknya pake popok tali/ kain untuk mengurangi resiko iritasi kulit, sementara untuk alas tidur pakai perlak yang dilapisi alas ompol.

Realita: Ternyata alas ompol bisa dilipat untuk jadi  dalaman popok tali, kayak insert di clodi (pengetahuan tentang clodi untuk newborn saya baru tau sekarang huhu). Awalnya saya takut bahannya kurang enak untuk bersentuhan langsung dengan kulit Ale, tapi alhamdulillah Ale enjoy aja. Walopun jumlah cucian kotor tetep sama dengan alas ompol sebagai alas tidur (setiap BAK atau BAB berarti ganti 1 popok tali dan 1 alas ompol), menurut Rendy sebagai satgas pencuci popok, membersihkan sisa BAB di alas ompol jauh lebih gampang daripada di popok tali. Sayang metode ini baru kami coba setelah Ale 1.5 bulan dan sudah akan pakai clodi. Btw Ale tetep pake popok sekali pakai kok kalo pergi atau kadang bobo malem, tapi memang diminimalkan sekali penggunaan pospaknya karena Ale pernah ruam popok.

Solusi lainnya, bisa pakai clodi model cover dari usia newborn yang bisa di upsize untuk pemakaian seterusnya (variatif dari hingga 9 kg-15 kg kalo nggak salah), investasi dari awal jadi bisa nggak usah pake popok tali sekalian.

5. Perjuangan memberi ASIP

Ekspektasi: Tantangannya adalah gimana biar Ale belajar minum ASI dari media lain selain dari menyusu langsung, tanpa bingung puting.

Realita: Walaupun agak sulit awalnya, Ale bisa minum dari botol dot (yak saya tidak berhasil idealis untuk tidak memberi dot pada bayi) tanpa bingung puting. Tapi ternyata ada tantangan lain; kok ASIP yang sudah agak lama di freezer (2-4 minggu) setelah dicairkan baunya jadi berubah? Pas dicicipi juga rasanya beda, jadi nggak enak? Beberapa kali nyoba mencairkan stok ASIP hasilnya selalu gitu, berbau kayak besi/sabun gitu, yang berakhir dengan ASIPnya saya buang :( Sempat cemas, apa ada yang salah di proses persiapan pumping sampe menghangatkan ASIP nya? Apa di proses sterilnya? Apa jangan-jangan pernah mati lampu dan freezer mencair jadi proses pengawetan ASIPnya gagal tanpa diketahui?

Ternyataaaaa, bau dan rasa ASIP tertentu yang dibekukan memang akan berubah. Penyebabnya adalah kandungan enzim lipase yang tinggi di ASIP, tapi perubahan tersebut tidak mengurangi kebaikan ASI. Sementara itu, selera pada bayi bervariatif, ada yang mau dan ada yang menolak minum ASIP dengan rasa yang berubah. Informasinya saya dapat disini dan disini.

Jadi tantangan selanjutnya adalah; Ale mau nggak ya minum ASIP yang rasanya berubah?  Soalnya selama ini Ale belajar minum dari botol pake ASIP fresh. Alhamdulillah, Ale mau! Saat ini sudah beberapa kali trial minum stok ASIP dari sebulan lalu, dan selalu habis. Kurang bahkan, abis itu tetep menyusu langsung, alhamdulillah.

(Update per 27 Juli 2018; Sekitar 2 minggu sebelum cuti melahirkan saya habis, tiba-tiba Ale nggak mau ngedot! Lebay gitu nggak maunya bener-bener sampe teriak-teriak memilukan hati. Padahal sebelumnya mau, bahkan waktu saya tinggal untuk operasi batu empedu selama 2 hari, semuanya aman sentosa. Setelah itu saya coba beberapa merk botol dot berbeda, nggak mau juga. Pake ASI fresh, bukan stok ASIP, ga mau juga. Disendokin, awalnya mau, lama-lama nggak mau juga, dan banyak yang tumpah, huhu. Dipipetin sambil digendong, akhirnya mau tapi karena sedikit-sedikit, keburu ketiduran dan minumnya jadi ga sebanyak biasanya. Katanya kan coba disendokin dulu nanti dia ga sabar, abis itu mau ngedot, nyatanya? Ale keukeuh ga mau ngedot sabar nunggu magrib (latian seharian nggak menyusu langsung ampe magrib), abis itu menyusu lamaaa banget. Huhu kasian. Pengen bersyukur karena ga ngedot berarti ga akan bingung puting juga ga bisa karena takut Ale kurang asupan. Setelah 2 mingguan ikhtiar, di hari ketiga saya ngantor, Alhamdulillah akhirnya Ale mau ngedot lagiii! Minumnya banyaaaak, tanpa bingung puting setelahnya. Semoga istiqomah ya Le :') )

6. Lebih baik IBU yang SAKIT daripada anaknya

Ekspektasi: Sesuai cerita orang-orang, setiap ibu pasti akan memilih untuk dirinya aja yang sakit daripada bayinya yang sakit.

Realita: Ketika ibu sakit, rasanya sama dengan ketika melihat anaknya sakit; cemas akan segalanya. Ketika saya sakit dan harus masuk UGD, perasaan saya sama dengan waktu Ale hyperbilirubin alias bayi kuning dan dirawat di NICU. Nanti Ale nyusunya gimana? Kalo ga disusui langsung Ale akan banyak minumnya nggak? Kalo Ale nyariin ibunya gimana? Kalo ternyata saya dirawat beberapa hari, setelah pulang Ale akan masih mau saya gendong nggak? Dsb dsb. Saya nggak bilang saya lebih milih Ale yang sakit, naujubilahminzalik, saya milih saya dan Ale sehat, nggak ada yang lebih baik kalo pilihannya harus salah satu di antara keduanya sakit. Buibuk semoga ga salah berdoa biar sakitnya pindah ke ibunya ya, mintalah kesehatan untuk semuanya :)

Yak sekian beberapa hal yang saya lewatkan dalam riset tentang menjadi ibu baru sebelum melahirkan. Walaupun sebetulnya beberapa hal tersebut sepele (semacam cuma saya aja yang terlalu cups jadi baru tau huahaha), agak subjektif, dan akan berbeda kasusnya pada setiap ibu, semoga bisa ada manfaatnya, aamiin :)

Tuesday 12 June 2018

Kisah Melahirkan Alkisah


‘Alhamdulillah telah lahir putra pertama kami (Fusi dan Rendy), Alkisah Sangkara Semesta (Ale) pada tanggal 8 Mei 2018, pukul 02.35 WIB di RSIA Bunda Aliyah, Jakarta  Timur. Semoga Ale bisa membawa kebaikan (sangkara) untuk semesta, aamiin!’ – template pengumuman kelahiran anak Fusi dan Rendy di grup sosmed.

Yeayyyyy terus gimana ceritanya lahirannya Fus?

Senin 7 Mei 2018 sudah masuk masa 40 minggu kehamilan saya. Di minggu-minggu akhir kehamilan, saya sudah beberapa kali nanya Ale di dalam perut, mau lahir kapan Le? Oh Ale nunggu lemari baju Ale dateng nih kayanya. Lemari pun lalu datang. Oh Ale nunggu semua bajunya Ale dicuciin semua dulu nih kayanya. Semua perlengkapan Ale (selain yg sudah disiapkan untuk ke rumah sakit) pun dicuci dan dirapikan di lemari. Oh Ale nunggu tunjangan ibunya turun dulu nih kayanya, wah pengertian sekalii! Tukin pun masuk rekening ibu, tapi belum ada tanda-tanda Ale akan lahir, selain nyeri-nyeri di panggul ke bawah yang katanya berarti Ale dah mendekati jalan lahir, tapi yaudah gitu aja.

Oh apa Ale nunggu ibu ngurusin kartu BPJS yang ilang kali ya? Senin pagi 7 Mei 2018, berangkatlah saya dan rendy ke kantor BPJS di Rawamangun. Paginya ada sensasi kayak kontraksi palsu gitu sih, tapi masih bisa diabaikan. Rendy pun buat catetan tabel durasi dan interval kontraksi.

Selanjutnya saya ceritakan per waktu ah biar seru kayak olah TKP.

15.30 : Jadwal kontrol ke obgyn di RSIA Bunda Aliyah. Diprediksi berat Ale 3.3 kg, wuhuu. Lalu karena sudah ada kontraksi palsu, saya pun dioper ke ruang observasi persalinan untuk CTG

17.00 : sudah nampak kontraksi dari hasil CTG, tapi setelah dicek belum ada pembukaan. Kata ibu bidan pulang aja, anak pertama paling cepet mungkin 12 jaman sampe pembukaan lengkap. Kami pun dihimbau untuk langsung ke rs kalo durasi kontraksi sudah 5-10 menit, atau kalo saya sudah tidak tahan. Oke shiyap, kami pun pulang.

20.00 : kontraksi makin intens dan mulai tidak bisa diabaikan, durasi masih 1 menitan,flek warna gelap keluar. Tapi kayanya belum saatnya ah. Masih bisa makan sambil duduk-duduk di gym ball.

22.00 : makin makin intens dan makin makin berasa, sama sekali tidak bisa diabaikan, tapi belum bloody show. Rendy ngajak ke RS, tapi saya ngerasa belum saatnya.

23.00 : ngeflek lagi. Muntah. Masih sok-sok nahan sensasinya. Kadang duduk di gym ball. Masih menolak ke RS.

24.00 : dah ga kuat di gym ball, tiduran aja, ngantuuuk banget. Rendy yang dari tadi nyatetin durasi, ngasih endorphin massage dan kata-kata positif, sudah terkantuk-kantuk. Saya tidur sebentar, kebangun karena kontraksi, geplak Rendy biar lanjut pijet, Rendy gelagapan, kontraksi hilang, tidur lagi, gitu aja terus. Muntah lagi. Rendy makin susah dibangunin, saya mulai meracau sendiri 'tenang fus, fokus ke nafas ya, diatur nafasnya, ayo bentar lagi ketemu Ale'.

8 Mei 2018

01.00 : bloody show! Lendir dan darah segar. Oke saatnya ke RS. Ganti kostum melahirkan yang sudah saya siapkan. Rendy bangunin Ibu (mertua).

01.35 : 5 menit dari rumah sampe di RS. Obgyn saya di telepon. Langsung ke ruang observasi persalinan, VT, dan sudah pembukaan 7. Pindah ke ruang persalinan. Dilarang ngeden dulu sama bidan kalo pembukaan belum lengkap karena takut lama pemulihannya.

02.00 : pecah ketuban. Rasa pengen ngeden terbesar dalam hidup ini muncul tapi masih belom boleh ngeden.

02.20 : pembukaan lengkap, pas obgyn saya datang. Kontraksi, ngeden 3 x, kontraksi hilang. Kontraksi lagi, ngeden 2 x, dan yeayyy alhamdulillah di jam 02.35, Ale lahir!

Rasanya melahirkan? Campur aduk shay. Pas Ale keluar rasanya lucu, kayak ada balon lewat di bagian situ, wahaha. Sakit? Relatif sih... Tapi berasa sih efek memberdayakan diri (bahasanya @bidankita) sebelum melahirkan, sengaruh itu buat saya. Baca ini itu, nanya sana sini, browsing macem-macem, prenatal workout ini itu, buat saya bukan biar melahirkan ga sakit, tapi gimana caranya biar bisa siap ngadepin dan berdamai sama rasa sakitnya #azegazegjos. Lah wong namanya melahirkan gimana pun prosesnya pasti ada sakitnya, walau sedikit. Kata saya loh yah, hahaha akan berbeda kali yah tiap ibu :)

By the waay, karena pas masuk RS dah pembukaan 7 dan termasuk gawat darurat, pas ngurus administrasi Rendy ditawarin untuk pake BPJS. Alhamdulillah rejeki Ale, lahirannya jadi gratis passs banget setelah ibunya selesai ngurus kartu BPJS baru :’)

Beberapa FAQ setelah kisah melahirkan Ale saya ceritakan ke keluarga dan teman-teman adalah:

Q : Emang ga sakit itu di rumah, dateng-dateng dah pembukaan 7?
A : Lah ya masa ga ada rasanya, cuma gue males aja ngebayangin nunggu di RS, takut stres sering denger cerita pembukaan macet kalo nunggu di RS, lagian belum bloody show.

Q : Kok bisa dari ga ada pembukaan sampe pembukaan lengkap cuma 8 jam?
A : Nggak tau juga sih... Mungkin hasil yoga dan senam selama ini, mungkin karena pas kontraksi duduk-duduk di gymball, mungkin karena Ale koperatif dan nurut waktu diajak janjian untuk lahir dengan cepat, mungkin karena doa gue dikabulkan aja sama Allah :)

Q : Kok bisa langsung wa an? (Karena abis lahiran malah sibuk mikir templet pengumuman dan share info kelahiran Ale di sosmed :p) Terus berdiri dan jalan? (3 jam setelah lahiran, standar sih ya sebetulnya) Emang ga pusing?
A : Alhamdulillah... kayaknya karena pas ngeden nggak merem kali ya (diajarin pas senam hamil gitu sih)

Q : berapa jaitan? Berasa ga pas dijait?
A : ga tau, ga berani nanya dokternya, kayaknya banyak... berasa ga berasa walopun sambil IMD dan ngeliatin Ale, tetep ga bisa mengabaikan kesibukan dokter di bawah sana :(

Q : Apa artinya Alkisah Sangkara Semesta?
A : Sangkara atau Shankara itu bahasa Sanskerta, artinya kemakmuran/ kebaikan, jadi semoga Ale bisa bawa kemakmuran/ kebaikan untuk semesta

Q : Gimana rasanya jadi ibu?
A : ... (belum bisa ngasih jawaban yang cucok sampe sekarang)

So well, let the adventure begins!

Terima kasih untuk doa baik untuk Ale dan ibu babehnya, semoga doanya jadi berkah untuk yang didoakan dan yang mendoakan :)